Happy Reading^^
.
.
"Gimana sama adik kamu Ran?" Tanya Nesa yang saat ini sedang berjalan pulang dari sekolah.Randi terdiam sejenak.
"Belum tau Nes, soalnya baru hari ini Alisa dibawa ke psikolog nya. Doain ya nes, semoga Alisa baik-baik aja." Sahut Randi. Laki-laki itu kembali meminum minuman yang di beli dikantin.
"Aamiin, aku yakin Alisa pasti sembuh. Kamu jangan putus asa ran, jangan lemah juga. Apalagi dihadapan Alisa,"
Randi mengangguk tersenyum. Ia berharap, adiknya baik-baik saja setelah ini. Ia ingin kondisi adiknya seperti dulu, selalu tersenyum ceria, jauh dari kata tangis.
Randi tak bisa diam saja. Ia harus tahu sumber masalahnya dari mana. Tapi dari mana ia harus mulai semuanya? Alisa sangat tertutup soal masalah pribadi nya terhadap Randi.
"Aku takut banget Nes," ujar Randi dengan tatapan kosong.
"Jangan gitu ran, aku yakin Alisa pasti baik-baik aja."
"Aku tahu, Alisa pasti bakalan sembuh. Dia bakalan berjuang demi kakaknya ini. Gak mungkin dia ninggalin kakaknya gitu aja,"
Tangan kanan nesa memegang bahu laki-laki itu. "Semuanya bakalan baik-baik aja Ran."
Randi mengangguk. Ia kembali memegang tangan nesa yang ada di bahunya.
***
"Bunda jadi pulang hari ini?" Tanya Nesa.
"Iya, sekarang bunda lagi di bandara Malaysia, nanti 2 jam lagi kamu jemput dibandara Soekarno Hatta ya."
Mendengar jawaban sang bunda, Senyuman Nesa langsung mengembang. Akhirnya setelah 1 bulan ditinggal, mereka pulang juga.
Gadis itu beranjak dari tempat tidur nya. Kakinya melangkah memasuki kamar mandi. Ia akan berpenampilan cantik hari ini.
Berjauhan dari orang tua memanglah tidak mudah. Kita harus bisa menahan diri, menahan tangis agar tidak membuat orang tua kita khawatir.
Nesa berpikir, baru ditinggalkan sebulan saja rindunya sangat kuat, apalagi jika ia ditinggal selamanya oleh kedua orang tuanya, nesa pasti akan merasa kesepian.
Gadis itu baru saja selesai mandi. Ia memilih pakaian yang dirasa cocok untuknya. Style Nesa memang tak pernah main-main.
Nesa mengambil pakaian yang ada di lemarinya. Sederhana, namun terlihat elegan bagi Nesa. Gadis itu memakai polesan make up tipis agar tidak terlihat seperti wanita yang sudah menikah.
Ia kemudian turun menghampiri bi Ratna yang sedang bersih-bersih rumah.
"Bi, hari ini bunda sama ayah mau pulang, tolong bibi masakin mereka makanan kesukaannya ya. Bahan-bahan masih ada kan?" Tanya Nesa.
"Ohh iya siap non, bahan masih banyak kok."
"Oke bi, Nesa pamit dulu, mau jemput mereka." Gadis itu menyalami tangan Bi Ratna seperti biasa.
****"Bundaaaaaaa..." Gadis itu berlari sembari berteriak menghampiri orang tuanya yang baru saja keluar dari bandara. Pelukan Nesa begitu erat pada bundanya.
Yap, Nesa memang lebih dekat pada bundanya dibanding sang ayah. Ntahlah, mungkin ayahnya banyak pergi keluar kota dibandingkan dirumah. Itu sebabnya, semua yang Nesa alami akan Nesa ceritakan pada bundanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Departure✓
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ⚠️TYPO BERTEBARAN⚠️ ______ Ini kisah tentang seorang gadis yang memiliki seorang tetangga baru yang bersebelahan dengan rumahnya dan kini menjadi kekasihnya. Hubungan keduanya memang mulus, Namun tragedi pembunuh...