Bagian 25

138 19 0
                                    

Happy Reading^^

.

.

"Ibuuuu." Pekik Olivia.

Gadis itu langsung berlari menghampiri Erna yang terguling di pinggir jalan bersama laki-laki muda seumurannya. Namun belum jelas wajahnya dipandangan Olivia.

"Ibu gapapa kan." Olivia begitu panik. Ia takut kehilangan ibunya. Cukup ayahnya  yang pergi, ibunya jangan. Olivia akan kesepian jika dalam hidupnya tak punya siapa-siapa.

Olivia memeluk ibunya dengan erat. Tangisannya pecah seketika.

"Ibu, hiks."

Erna bangkit. Ia membersihkan bajunya debu jalanan.

"Jangan nangis, ibu gapapa kok." Erna mengusap pelan rambut Olivia.

Pandangan gadis itu beralih pada Ali yang sedang meringis. Tangannya ada luka goresan dan lumayan banyak darah yang keluar.

"Ali!" Olivia langsung menunduk.

"Tangan Lo luka." Lirih Olivia.

Erna dengan cepat mencari taksi.

"Biar ibu sama nak Ali naik taksi, kamu bawa motor dan kita pulang kerumah. Ali nanti obatin dirumah, ayok nak Ali." Laki-laki itu mengangguk.

Ia kemudian bangun dan memasuki taksi yang sudah berada disana.

"Jangan ngebut-ngebut bawa motornya." Pesan Erna, Olivia mengangguk.

Tak butuh waktu lama, Mereka sampai di halaman rumah Olivia. Ali dipersilahkan masuk. Sedangkan Erna membawa barang belanjaan ke dapur. Olivia mengambil kotak P3k di kamarnya.

Gadis itu meneteskan Alkohol ke kapas untuk membersihkan lukanya.

"Ssshhh, perih Liv." Rintisan Ali membuat Olivia mengurangi penekanannya.

"Tahan dulu sebentar." Gadis itu meniupkan dengan hati-hati ke luka Ali. Setelah dirasa bersih, tangannya bergerak mengambil Betadine dan meneteskannya ke luka Ali.

"Udah selesai." Ucapnya. Olivia kembali menutup kotak P3k itu.

"Makasih ya Liv," ucap Ali sembari tersenyum.

"Gue yang harusnya makasih sama Lo Li. Kalo Lo gak nyelametin ibu, mungkin sekarang—"

"Sssttt," Ali menaruh telunjuknya di bibir Olivia. Kepalanya menggeleng pelan.

"Gaboleh ngomong aneh-aneh, takutnya kenyataan. Ucapan adalah doa Liv."

Ucapan Ali memang benar. Olivia menundukkan pandangannya. Air matanya kembali keluar. Ia masih shock dengan kejadian tadi yang dialaminya. Sungguh, saat ini ia tak bisa berpikir jernih.

Melihat Olivia yang terisak, Ali dengan sigap membawanya ke dalam pelukan. Tangan kanannya mengusap lembut kepala Olivia.

"Jangan nangis, sekarang udah gapapa kok."

Departure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang