Bagian 47

117 13 0
                                    


Happy Reading^^

.

.

Hari ini, Kenzo mulai pasrah. Ia akan pergi ke kantor polisi dan mengakui semuanya. Ia tak bisa menjalankan kehidupannya dengan penuh rasa penyesalan. Ia juga tak ingin membuat kakaknya terus kecewa padanya. Semoga saja, dengan mengakui kesalahannya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya ia bisa merasa sedikit lebih tenang. Walaupun ia tahu, anak dari kedua korban itu tak akan memaafkannya.

Dan semuanya telah selesai. Setelah Kenzo mengakui semuanya, para polisi langsung mencari bukti yang memberatkan laki-laki itu. Mereka menemukan motor yang di pakai Kenzo saat itu berada di halaman rumahnya.

Polisi tahu karna mereka melihat rekaman cctv komplek yang kebetulan ada pada saat itu.

Kenzo dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup. Mau tidak mau, laki-laki itu tidak bisa menolak. Tak peduli walaupun akhirnya ia akan mati di tempat itu.

Para polisi kemudian mengabari keluarga korban, terutama Nesa.

Mendengar kabar bahwa pelaku sudah di tangkap, Nesa langsung bersiap pergi kesana bersama Randi. Astri, Roy dan Alfan tidak diberitahu. Mungkin Nesa terlalu antusias.

"Akhirnya, pelakunya ditangkap juga Ran." Ucap Nesa. Mereka pergi menggunakan mobil Randi.

Randi yang sedang menyetir pun tersenyum. Setelah seminggu lebih lamanya Nesa kehilangan senyumnya, kini kebahagiaan nya kembali. Randi benar-benar ikut senang atas semuanya.

Mereka sampai dalam waktu 20 menit. Kedua manusia itu disuruh menunggu di ruang khusus pertemuan. Polisi kemudian memanggil Kenzo dan membawanya bertemu dengan Nesa.

Amarah Nesa tiba-tiba saja muncul ketika melihat Kenzo. Nafasnya bergemuruh. Rasa tenangnya pun terasa terusik.

Randi melihat semuanya. Tangannya kemudian menggenggam tangan Nesa. Gadis itu menoleh pada Randi yang mengedipkan matanya. Nesa paham, ia pun menarik nafasnya agar tenang.

Kenzo kemudian duduk berhadapan dengan Nesa dan juga Randi. Pandangannya ia tundukan. Rasanya tak berani menatap gadis itu. Kesalahannya terlalu fatal.

"Kenapa nunduk? Nyali nya dimana? Padahal Seminggu lalu tingkat berani nya tinggi banget. Kok sekarang ciut sih?" Ujar Nesa dengan nada meledek. Gadis itu masih tenang. Amarahnya perlahan turun.

Tak ada sahutan dari Kenzo. Ia benar-benar merasa bersalah. Bukannya ia takut pada Nesa, melainkan ia tak sanggup melihat semua penderitaan dari gadis itu.

"Apa Alesan Lo ngebunuh kedua orang tua gue? Keuntungannya buat Lo apa? Apa buat kesenangan Lo aja? Atau mungkin, Lo disuruh seseorang?"

Mendengar kata terakhir Nesa, Kenzo langsung mengangkat pandangannya menatap Nesa.

"Apa? Ayok jawab! Jangan diem aja! Lo bisu ya?" Nada bicara Nesa sedikit naik.

Kenzo memejamkan matanya.

"Maaf,"

Hanya kata itu yang keluar dari mulut Kenzo. Lidahnya benar-benar kelu. Tak ada lagi kata yang bisa diucapkannya selain kata maaf.

Departure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang