Bagian 41

128 13 0
                                        


Happy Reading^^

.

.

"Jadi, apa benar berita tentang ini semua Olivia Jassmine?" Tanya kepala sekolah.

Semua guru berkumpul disebuah ruangan khusus ketika ada masalah seperti ini. Tempat untuk menyelesaikan semua masalah siswa.

Semua guru harus ikut dalam hal ini. Mau tidak mau, tidak ada yang bisa menolak. Semua sudah jadi peraturan sekolah.

Olivia menundukkan kepalanya. Tangannya meremas kuat ujung rok. Air matanya tak bisa ditahan lagi. Ia harus apa? Apakah dengan jujur akan menyelesaikan masalahnya? Apa setelah semua kebenaran terungkap ia akan bebas?

"Olivia jassmine, jawab pertanyaan saya!" Tegas Kepsek.

Olivia menganggukkan kepalanya beberapa kali. Ia menggigit bibir bawahnya Hinga terluka. Namun ia tak bisa merasakan apapun.

"Apa alasan kamu melakukan semua ini?"

Olivia menggeleng.

"Jawab sejujur-jujurnya!"

"Apakah kamu tahu? Kelakuan kamu yang seperti ini akan memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan sekolah, terutama para siswi sekolah ini. Apakah kamu pernah berpikir seperti ini Olivia?"

Kepala sekolah di SMA Margaretha memang orang yang bijaksana. Tidak seperti kepala sekolah lain, luluh terhadap orang-orang yang ber-uang. Dia selalu jadi Hakim yang adil bagi seluruh siswanya. Bukan hanya siswa, guru pun akan dihukum jika ketahuan membuat kesalahan yang fatal. Dan hukuman terparah adalah dikeluarkan dari sekolah itu.

"Maafkan saya pak." Lirihnya disela-sela isakan. Jantungnya berpacu duakali lebih cepat dari biasanya.

"Kata maaf tidak akan mengubah segalanya. Sekarang juga, panggil ibu kamu ke sini. Saya perlu bicara dengan beliau."

Olivia langsung mengangkat pandangannya. Matanya terbelalak. Bagaimana jika ibunya mengetahuinya? Pasti ia akan hancur sekali.

"Jangan pak, saya mohon. Jangan beritahu ibu saya pak," tangisan Olivia semakin histeris.

Sedangkan para guru saling berbisik. Kepala sekolah mengernyitkan dahinya.

"Apakah kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan barusan Olivia? Bagaimana mungkin kamu tidak memberi tahu ibu kamu? Pada akhirnya, dia juga pasti tahu tentang keadaan kamu. Jadi apa bedanya jika dia mengetahui dari awal maupun akhir? Cepat telfon kamu telfon dia, atau saya yang telfon."

Olivia mengangguk cepat. Ia kemudian menekan nomor telfon ibunya. Tak butuh waktu lama, Erna menjawabnya.

Dengan ragu, Olivia mulai berbicara. Ia mencoba menghentikan tangisannya agar tidak membuat ibunya khawatir.

"Bu lagi sibuk gak?"

'Enggak Liv, emang kenapa nak?'

"Ibu bisa ke sekolah Oliv sekarang gak? Ini penting."

Erna terdiam sesaat.

Departure✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang