2. Penyemangat dadakan

290 83 48
                                    

Seandainya karma pakai jaringan 5 G, perbuatan buruk mungkin bisa lebih banyak dicegah.

-Lea yang merasa kepentok karma-

---

--

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

--

---

Athaleo Ramdhani hilang sejak lima belas tahun silam. Insiden naas menewaskan orang tuanya saat itu. Meski tidak ditemukan jasad anak laki-laki, Leo diduga kuat menjadi korban jiwa akibat kebakaran yang menghanguskan seisi rumah. Hal itu dikarenakan Leo tidak kunjung ditemukan selama beberapa waktu hingga saat ini. Anggota keluarga yang lain sudah menerima sejak lama jika Leo sudah meninggal. Hanya Lea yang menganggap jika kakaknya hilang dan tidak pernah lelah untuk mencari seperti malam ini.

Dan lagi-lagi Lea lupa waktu. Tahu-tahu, saat melihat penunjuk waktu di layar ponsel, terpampang angka 23.40. Kaki Lea pun berputar arah, berjalan ke arah rumahnya yang letaknya memang tidak jauh dari kantor sementara. Satu hal yang harus disyukuri tentang renovasi itu adalah letak kantor sementara. Hanya dengan berjalan kaki sepuluh menit dia sudah sampai. Jadi tidak ada drama lari-lari pagi karena takut ketinggalan bus atau terjebak macet.

Kaki Lea kini menapaki anak tangga di jembatan penyeberangan. Dari jembatan ini, hanya butuh lima menit untuk tiba di rumahnya. Hah ... memikirkan rumah, rasanya Lea ingin cepat sampai dan berbaring di ranjang.

Saat hampir mencapai pertengahan jembatan, Lea menyadari keberadaan orang lain disana. Kehadiran manusia jelas bukan hal aneh. Tetapi melihat posisinya yang tidak biasa itu justru aneh. Semakin dekat, Lea semakin yakin jika orang itu memang tidak biasa. Asumsi yang mulai menari-nari di kepalanya pun semakin kuat. Manusia berjenis kelamin laki-laki itu sepertinya berniat melompat dari pagar pembatas.

Seharusnya ya, seharusnya Lea melenggang pergi tanpa peduli. Tetapi tubuhnya berkhianat, lihat saja kakinya yang malah berhenti beberapa langkah dari orang itu. Bagaimana jika sebenarnya laki-laki ini tidak seperti yang dipikirkannya? Bagaimana jika laki-laki ini orang jahat? Atau lebih parah lagi, bagaimana jika dia psikopat yang diceritakan Selvi. Lea menggeleng cepat. Gara-gara Selvi otaknya jadi terkontaminasi hal-hal mengerikan.

Tapi, kalaupun mau bunuh diri juga itu bukan urusannya, pikirnya. Sayangnya, jika tadi kaki, maka kini mulutnya juga ikut-ikutan tidak bisa diajak kompromi.

"Mau lompat ya?"

Tidak kurang dari dua detik, tubuh laki-laki itu terlonjak. Salah satu tangannya yang berada di pagar pembatas, berpindah ke area dada, membuat gerakan konstan naik-turun. Mungkin terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. Yah, siapa suruh melamun di antara hidup dan mati hingga tidak menyadari kehadiran manusia lain?

Ineffable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang