15. Danu dan usahanya

102 25 15
                                    

Diskriminasi masih berlaku di mana-mana termasuk di lingkungan kerja. Cara mengatasinya cuma satu, bodo amat!

–Jeritan penghuni CCS yang lelah–

———

——

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——

———


"Gue pikir ada karyawan baru di ruangan kita, ternyata cuma Lea," ucap Rudi tidak lama setelah Lea memasuki ruangan.

"Maksud lo sama kata cuma itu apa, ya?" tanya Lea balik dengan nada sinis.

"Artinya, kedatangan lo enggak penting-penting amat, Lea," timpal Irene dari kursinya.

Lea tertawa sumbang. "Gue baru tahu kalau kalian pasangan serasi, sama-sama laknat."

"Makasih atas pujiannya," jawab kedua orang itu kompak.

Mendengar kata pujian, hawa panas mulai menjalari wajahnya sampai wrea leher. Lea mengibaskan tangan dan segera melangkah menuju kursi. Gara-gara Danu yang memujinya cantik beberapa waktu lalu, Lea jadi sensitif dengan kata memuji.

"Sejak kapan lo berubah jadi perempuan?" Kini suara Gatra terdengar. Seaneh itu memang ketika melihat Lea mengenakan rok span lima senti di atas lutut.

Lea menghidupkan komputer seraya menyahut, "Sejak embrio gue udah perempuan, Mas."

"Masa? Perempuan enggak ada yang senyebelin lo, tuh."

Lea mendesah pelan. Ucapan mereka ini memang lebih sering benar, tetapi bisa tidak, sesekali tidak perlu memperjelasnya seperti itu. Sifat menyebalkannya sudah bawaan dari orok. Tidak ada tombol untuk me-reset dan meng-upgrade jadi sifat lain macam aplikasi.

"Gue tahu, pasti lo mau kencan, kan?" tanya Gita dengan mata menyipit. Ia berdecak seraya menggelengkan kepala. "Padahal kemarin masih jomblo, sekarang udah mau kencan aja. Ngaku, Lea, lo mau kencan sama siapa?"

"Siapa yang mau kencan, sih, Mbak. Danu–"

"Pengacara yang jadi supir itu?" sela Gita yang langsung mendapatkan anggukan dari Lea.

"Iya, dia mau bawa gue ke suatu tempat."

"Ya itu namanya kencan, dodol." Selang sedetik sejak suara Selvi terdengar, kepala Lea terdorong ke depan. Pelaku yang sudah menoyor kepala Lea itu langsung duduk di di kursinya.

"Ihh ... enggak gitu, Mbak. Dia bilang mau–"

"Kencan, intinya itu fix enggak bisa diganggu gugat," potong Gita final yang langsung disambut sorakan antusias.

Ineffable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang