Waktu akan membiasakan kita tentang kehilangan yang sesungguhnya.
-Sayangnya manusia selalu sulit terbiasa dengan kehilangan-
---
--
-
-
--
---
Menekan bel, mengetuk pintu hingga menggedornya sudah Iren lakukan. Akan tetapi, pemilik apartemen yang sedang disambanginya saat ini tidak kunjung membuka pintu. Selama perjalanan dari rumah Lea kemari, Irene tidak henti mencoba menghubungi kakaknya. Panggilan lewat nomor ponsel hingga telepon rumah. Namun, tidak ada satu pun yang diangkat.
"Ini apartemen siapa, sih, Yang?" tanya Rudi yang beberapa saat lalu diseret irene untuk mengantarkannya.
"Kakakku," jawab Irene pendek.
Rudi tidak mengerti mengapa pacarnya minta diantar ke sini ketika suasana di rumah Lea sedang kacau. Namun, alih-alih bertanya penyebab Irene datang kemari, Rudi memilih diam karena saat ini sang pacar terlihat begitu kesal. Mungkin saking kesalnya, Irene sampai menendang pintu hingga akhirnya meringis sendiri karena kesakitan. Rudi yang melihat itu ikut meringis.
"Emang kamu enggak tahu password‐nya?" tanya Rudi hati-hati, takut memancing kemarahan Irene. Mengingat ini apartemen kakaknya, kemungkinan besar Irene tahu kata sandinya.
Pertanyaan Rudi langsung menyadarkan Irene. Perempuan itu menepuk keningnya sebelum menekan enam digit angka yang akan menyelesaikan permasalahannya saat ini. Bisa-bisanya dia jadi bodoh karena situasi.
"Kak-" ucapan Irene terputus oleh keterkejutannya sendiri. Matanya mengerjap, memandang ruang tamu yang begitu berantakan. Satu bulan berlalu sejak kali terakhir Irene mendatangi apartemen sang kakak, tetapi keadaan sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Bukan sekadar berantakan, apartemen kakaknya benar-benar kacau seperti habis diserang badai.
Mengabaikan kekacauan di ruang tamu, Irene melangkah lebar ke arah kamar. Irene kembali dibuat terperangah saat melihat keadaan kamar Danu tidak beda jauh dengan ruang tamu, sama-sama kacau. Namun, orang yang dicarinya ternyata tidak ada di tempat tidur maupun di kamar mandi.
"Kak! lo dimana, sih?"
Irene keluar dari kamar dan segera menuju ruang kerja Danu. Kalau kakaknya tidak ada di sana, Irene tidak tahu harus mencari kemana lagi.
"Ya ampun, Kak! Lo ngapain, sih?" Dari ambang pintu ruang kerja Danu, Irene memekik. Ia tidak percaya ketika menemukan kakaknya tergeletak di dekat rak buku di sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
RomanceDari dulu Lea teramat tahu jika dirinya punya kebiasaan buruk dalam mencampuri urusan orang lain. Yang Lea tidak tahu, keputusannya untuk ikut campur dalam insiden rencana bunuh diri seorang Kamandanu Prayuda, akan memberikan efek besar dalam hidupn...