Mikir terus tanpa bertindak itu sia-sia. Kalau bertindak tanpa berpikir juga percuma, hasilnya jadi nggak karuan.
–bener nggak sih?–———
——
—
—
——
———
Dalam hati Lea tak henti mengeluh, mempertanyakan mengapa dirinya bisa terjebak dalam situasi aneh ini. Sekarang Lea tidak perlu khawatir tersedak es teh manis atau tulang ayam saat sedang makan. Perubahan situasi dan suasana yang begitu cepat justru membuatnya menikmati makanan dengan tenang. Saking tenangnya, Lea butuh waktu lebih dari tiga puluh detik untuk mengunyah dan menelan satu suapan.
Di samping Lea, Danu juga sama kakunya ketika menikmati makanan. Siapa juga yang bisa makan dengan nyaman jika di awasi tatapan setajam pedang. Saat matanya dan orang di depannya bertemu, Danu dengan cepat memunculkan senyum yang meski diusahakan setulus mungkin, tetap saja terlihat keterpaksaannya. Tidak logis jika Danu bisa bersikap ramah kepada orang yang baru saja merusak kencannya.
Usai berteriak beberapa waktu lalu, Bagas dengan cepat memanggil asistennya. Ia memerintahkan untuk memindahkan makanan Lea dan lelaki yang entah siapa, ke meja yang menggunakan kursi. Walau saat itu semua meja sudah penuh, Bagas memaksa pelanggannya untuk pindah dengan iming-iming potongan setengah harga. Cara itu ampuh dan membuat ketiganya terjebak suasana canggung.
"Saya ganggu acara kalian, ya?" Tiba-tiba Bagas bertanya, dengan senyum dan tatapan yang sama tajam seperti sebelumnya. Lea sampai yakin jika pisau untuk memotong ayam saja kalah tajam dengan tatapan Bagas.
Masih dengan senyum yang dipaksakan, Danu menggeleng lambat. Meski tidak tahu pasti siapa laki-laki yang duduk di kursi roda ini, Danu tidak bisa mengusirnya begitu saja karena Lea mengenalnya.
"Kalau udah tahu ngapain tanya, sih, Om? Mending Om pergi sana," suruh Lea karena tidak tahan dengan kecanggungan yang mengisi atmosfer di sekitar mereka.
Lea memang kebingungan saat menghadapi Danu sebelum kedatangan Bagas. Namun, Lea lebih bingung lagi kalau harus menangani Bagas dan Danu di satu tempat dan waktu yang sama. Bagas itu gayanya saja selalu meminta Lea cari jodoh. Faktanya, dia selalu rempong kalau tahu ada lelaki yang mendekati Lea. Tampaknya, Bagas sudah banyak menduplikasi sifat ibu-ibu komplek.
"Bocah semprul! Om jadiin makanan ikan tau rasa kamu."
"Sebelum itu, aku dorong Om duluan ke kolam," timpal Lea cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
RomanceDari dulu Lea teramat tahu jika dirinya punya kebiasaan buruk dalam mencampuri urusan orang lain. Yang Lea tidak tahu, keputusannya untuk ikut campur dalam insiden rencana bunuh diri seorang Kamandanu Prayuda, akan memberikan efek besar dalam hidupn...