Orang yang selalu menurut itu bukan berarti penakut, dia hanya tidak berani membantah.
—Ratapan anak baru yang mencoba tegar—
———
——
—
—
——
———
Fisrt impression itu penting. Meski tidak bisa dijadikan patokan dalam menilai seseorang, menciptakan penilaian berkesan saat pertemuan pertama tidak bisa diabaikan begitu saja. Setidaknya, first impression bisa dijadikan pijakan awal untuk menilai sifat dan sikap seseorang. Sayangnya, first impression Danu sudah hancur di mata Lea sejak kejadian di jembatan, tepatnya ketika lelaki itu berkata kasar akan sikapnya yang sok jual mahal.
Lalu sekarang, setelah mengenalnya sekitar, Lea berpikir sebentar, menghitung jumlah hari yang terlewati sejak mereka bertemu. Kalau tidak salah itu hari Kamis, berarti sekitar lima hari dan jantung Lea sudah dibuat kebut-kebutan.
Lea mendesah pelan seraya menyandarkan kepala ke jendela mobil. Tangan kanannya terangkat untuk mengurut pelipis yang rasanya berdenyut karena sikap Danu. Matanya melirik kursi pengemudi yang kosong sejak beberapa saat lalu. Mobil mereka terjebak kemacetan panjang dan Danu sedang keluar untuk melihat. Ketiadaan lelaki itu Lea manfaatkan untuk menenangkan diri.
Lea tersentak saat pintu mobil dibuka. Matanya ikut bereaksi ketika Danu kembali mengisi kursi yang tadi kososng. "Ada kecelakaan beruntun di depan," jelasnya tanpa diminta. Polisi sedang mengatur lalu lintas dan akan membutuhkan waktu lama untuk mereka lewat. "Maaf, kayaknya hari ini kita enggak bisa pergi."
"Enggak bisa lewat jalan lain?"
"Bisa, tapi kita harus putar arah terlalu jauh dan pastinya macet dimana-mana karena."
"Macet sebentar enggak masalah, kok, namanya juga Jakarta," ucap Lea memaklumi. Mereka sudah terlanjur pergi, ditambah Lea juga mengalami drama karena Danu. Kalau pulang tanpa sempat tahu tempat tujuannya, kan, sayang perjuangan kebisuan Lea sejak tadi.
Danu tersenyum tipis. "Buat saya masalah, Lea. Saya enggak mau kamu harus lari pagi tanpa sadar keadaan kayak waktu itu."
Bibir Lea mencebik. "Jangan dibahas kenapa, sih. Saya, kan, nyungsep gara-gara kamu juga."
"Maaf, deh. Jadi kita pulang sekarang?"
Bahu Lea terangkat pasrah. Dia juga enggan kalau harus drama pagi padahal jarak rumahnya dengan kantor hanya sepuluh menit. Cukup malamnya saja hatinya dibuat panggung drama oleh Danu, jangan paginya juga. "Mau gimana lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
RomanceDari dulu Lea teramat tahu jika dirinya punya kebiasaan buruk dalam mencampuri urusan orang lain. Yang Lea tidak tahu, keputusannya untuk ikut campur dalam insiden rencana bunuh diri seorang Kamandanu Prayuda, akan memberikan efek besar dalam hidupn...