Kadang, manusia terlalu sibuk berencana tanpa sadar jika yang lebih kuasa turut mengatur rencana itu
–Dingatkan itu penting, kan?–
———
——
—
—
——
———
Lagi-lagi Lea mendesah, membuang karbon dioksida dari paru-parunya dengan kasar karena alasan yang sama. Ponsel yang ada di meja kerjanya tidak lepas sedetik pun dari pengawasannya. Sengaja Lea setel volume paling tinggi untuk dering panggilan masuk dan pesan, takut jika ada kabar dari seseorang yang ditunggunya selama enam hari belakangan.
"Masih belum ada kabar?"
Tanpa mengalihkan tatapan lasernya dari ponsel, Lea menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Selvi. Dua hari lalu Selvi sudah kembali ke kursinya karena Reno angkat kaki dari ruangan mereka. Lelaki itu tidak sanggup bekerja di ruangan itu bahkan untuk waktu satu Minggu. Yang Lea tahu Reno dipindahkan ke divisi lain.
"Udah berapa lama?" tanya Selvi lagi.
"Enam hari, dua jam, dan tujuh menit," jawab Lea lesu.
"Detiknya enggak lo sebutin sekalian?" sambar Gita dari kursinya. "Niat amat lo ngitunginnya."
Enggan menanggapi ucapan Gita, Lea mamilih menelungkupkan kepala di atas meja. Entah apa yang dilakukan Danu hingga hilang kabar seperti ini. Sejak enam hari lalu, tepatnya sejak Lea mengirimkan pesan dan foto guntingan kunci yang dimiliki kakaknya, keberadaan Danu tidak terdeteksi. Lelaki itu tidak membalas meski sudah membaca pesannya dan itu berlangsung sampai hari ini.
Tidak ada Danu yang mengantar-jemputnya lagi. Tidak ada kegiatan malam mengunjungi berbagai tempat seperti sebelumnya. Bahkan, sekadar pesan pun tidak ada. Danu menghilang tiba-tiba, tanpa kabar berita dan tanpa pemberitahuan.
Awlanya Lea merasa khawatir karena Danu hilang kabar. Otaknya mncoba berpikir positif jika Danu mungkin sedang sibuk. Namun, setelah lewat beberapa hari Lea mulai kesal sendiri. Sibuk macam apa yang bahkan tidak bisa sekadar say hai lewat pesan. Kekesalan Lea makin menjadi ketika semua pesan yang dia kirimkan tidak dibalas, padahal tanda centang dua sudah berwarna biru. Begitu juga panggilannya yang masuk, tetapi sengaja tidak diangkat. Kalau begini sudah jelas jika Danu sedang menghindar. Masalahnya, Lea tidak mengerti mengapa Danu menghindar seperti ini.
"Terakhir itu, bukannya lo nanya Google tentang cara nyembuhun orang yang kesambet, kan?" Gatra bertanya. Ia masih ingat jelas Lea begitu serius ketika membaca artikel tentang menangani orang yang kesambet mahluk halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
RomanceDari dulu Lea teramat tahu jika dirinya punya kebiasaan buruk dalam mencampuri urusan orang lain. Yang Lea tidak tahu, keputusannya untuk ikut campur dalam insiden rencana bunuh diri seorang Kamandanu Prayuda, akan memberikan efek besar dalam hidupn...