Kesalahan tak akan benar dengan cara apa pun. Namun, jangan lupa, kesalahan sering kali tercipta dari sesuatu yang salah juga.
–pesan dari L –
———
——
—
—
——
———
Genap empat hari Danu tidak bertemu dengan Lea. Awalnya Danu kira semua itu karena kesibukan Lea, tetapi akhirnya Danu tahu jika perempuan itu memang menghindarinya. Semua pesan dan panggilannya sengaja diabaikan. Yang jaid masalah, Danu tidak mengerti mengapa Lea menghindar padalah sebelumnya mereka sudah mengobrol seperti biasa.
Akhirnya hari itu Danu menunggu di dalam mobil sejak matahari terbenam. Dia ingin tahu pukul berapa Lea pulang dan Danu nyaris ketiduran karena terlalu lama menunggu. Decakkan keluar dari bibirnya begitu menangkap sosok Lea berjalan keluar dari gedung pencakar langit ketika waktu hampir tengah malam. Jelas saja Danu tidak pernah bisa menemui Lea setiap pulang kerja, waktu tunggu terlamanya hanya sampai jam sepuluh. Pikirnya, Lea mungkin sudah pulang lebih awal.
Danu bergegas turun dari mobil lalu melangkah lebar ke arah Lea yang membulatkan mata saat menyadari kehadirannya. Perempuan yang hendak menyeberang itu berubah haluan, memutar kaki dan berjalan cepat ke arah lain. Tidak mau kalah, Danu mempercepat langkah hingga akhirnya bisa meraih pergelangan tangan Lea.
"Lepas!" Lea berontak, berusaha menarik tangannya dari Danu.
"Kita harus bicara."
"Bicara aja sana sama patung." Lea masih berusaha melepaskan diri, tetapi cekalan Danu cukup meski tidak sampai membuat tangannya sakit.
Nada ketus dalam suara Lea membuktikan jika perempuan itu benar-benar sedang menghindarinya. Padahal, Danu berharap jika itu hanya dugaannya belaka. Sadar interaksinya dan Lea bisa menarik perhatian pengguna jalan–meski sebenarnya jalan dalam keadaaan sepi–Danu langsung menarik Lea, merubah paksa arah tujuan mereka mnuju mobilnya.
Seolah-olah tahu kalau Lea tidak akan masuk kalau tidak dipaksa, Danu berinisiatif membuka pintu mobil dan mendorong Lea untuk masuk setelahnya. Lea tentu saja masih berontak. Kakinya yang sejak tadi menendang ke sembarang arah akhirnya membuahkan hasil. Danu meringis, menahan rasa nyeri di tulang keringnya akibat tendangan Lea.
"Duduk yang tenang kecuali kamu mau aku cium sekarang juga." Di tengah ringisan dan rasa sakit, Danu menggeram, mengeluarkan ancaman yang sangat ampuh hingga Lea langsung menghentikan semua pemberontakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
RomanceDari dulu Lea teramat tahu jika dirinya punya kebiasaan buruk dalam mencampuri urusan orang lain. Yang Lea tidak tahu, keputusannya untuk ikut campur dalam insiden rencana bunuh diri seorang Kamandanu Prayuda, akan memberikan efek besar dalam hidupn...