Dalam hidup, selalu akan ada pilihan. Tergantung dari resiko apa yang ingin kamu tanggung.
———
——
—
—
——
———
Dua Minggu lamanya Lea dihantui rasa cemas sekaligus rindu, menanti kabar dari seseorang yang menghilang dari radarnya begitu saja. Karena orang itu, Lea hampir terlambat tiba di kantor karena setiap harinya menunggu Danu yang tidak pernah lagi menjemputnya. Begitu pula saat pulang kerja, maksimal dua jam ia menunggu di depan gedung, tetapi Danu tidak juga muncul. Selama empat belas hari itu pula, sudah ada beberapa opsi yang tersusun rapih di kepala Lea kalau-kalau Danu muncul seperti sekarang.
Pertama, memborbardir lelaki itu dengan serentetan pertanyaan yang tak berujung. Kedua, memeluknya dengan sangat erat untuk memastikan dia benar-benar nyata. Ketiga, menyerang secara fisik dengan melempar benda terdekat yang ada di sekitarnya, atau mungkin menggigit bagian tubuh Danu seperti yang dilakukannya beberapa saat lalu terhadap Bagas. Yang keempat sekaligus terakhir, melakukan ketiga opsi itu secara bersamaan agar dia lebih lega.
Namun, faktanya Lea sama sekali tidak bisa mempraktekkan satu pun opsi tersebut. Otaknya blank sehingga tidak bisa memproses kerja anggota tubuhnya yang lain. Suasana hening menemani mereka yang kini duduk berhadapan di ruang tamu. Sudah sepuluh menit berlalu sejak Bagas meninggalkan keduanya, tetapi mereka hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Tampak Danu menarik napas panjang dan mengeluarkannya dengan berat. Sepertinya lelaki itu berniat mengakhiri jeda panjang di antara dirinya dengan Lea. "Aku mau bicara soal kakak kamu," mulai Danu. "Aku punya informasi tentang dia."
Danu menggigit bibir. Semua persiapan yang dia lakukan sudah matang, seharusnya tidak ada masalah. Maka, dia harus tenang agar Lea tidak curiga. Namun, usahanya untuk tetap tenang gagal ketika Lea yang sejak tadi menunduk mengangkat kepala, membuat mata mereka bertemu. Terdapat secercah emosi dan kecewa di sana di mata yang tidak dilihatnya belakangan ini. Padahal, biasanya Lea selalu antusias tiap dia memberikan informasi soal Leo.
Danu berdehem sejenak, berusaha untuk tidak goyah dengan tatapan Lea. "Aku tahu ini bukan sesuatu yang mau kamu dengar, tapi kita harus berhenti mencarinya."
"Apa maksud kamu?" tanya Lea dengan suara rendah, untuk pertama kalinya mengeluarkan suara. Tidak habis pikir Danu tiba-tiba memintanya berhenti setelah semua usaha yang mereka lakukan. "Apa–" Lea menutup mulut dengan sebelah tangan. Matanya melebar sebelum kembali bersuara. "Kakakku, kamu menemukannya?
Berusaha mengabaikan keterkejutan Lea, Danu mengangguk sekali. "Tapi, dia bukan orang yang bisa kamu temui lagi, Lea."
Lea menurunkan sebelah tangan yang tadi menutup mulutnya. Matanya memandang Danu meminta penjelasan, tidak mengerti dengan ucapan lelaki di depannya. "Aku enggak ngerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
RomanceDari dulu Lea teramat tahu jika dirinya punya kebiasaan buruk dalam mencampuri urusan orang lain. Yang Lea tidak tahu, keputusannya untuk ikut campur dalam insiden rencana bunuh diri seorang Kamandanu Prayuda, akan memberikan efek besar dalam hidupn...