Karena sesungguhnya kenyataan hanya sebuah fakta yang apa adanya. Masalah benar atau salahnya tergantung dari posisi kamu dalam kenyataan itu sendiri.–Seseorang yang berharap tidak pernah tahu–
———
——
—
—
——
———
"Lo engggak tidur semalem, Bang?"Orang yang tengah berbaring di sofa dengan lengan kirinya diletakan untuk menutupi matanya yang terpejam, merespon dengan gelengan kepala. Mana bisa Danu tidur ketika malam-malam Tandu memberikan informasi seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja. Saat ini pun, Danu tidak benar-benar tertidur. Matanya terpejam tetapi pikirannya kusut seperti pakaian yang tidak disetrika.
Semalam, alih-alih memejamkan mata di atas kasur, ia sibuk menelusuri barang-barang dan buku harian almarhum istrinya, berusaha mencari informasi tambahan yang mungkin terlewat. Saat ini, selain inisial yang dituliskan Disty di buku hariannya, Danu belum bisa menemukan benang merah yang menghubungkan si A dengan kakak Lea.
Menggeser lengannya ke atas, Danu membuka matanya sedikit, mengintip siapa orang yang baru saja memasuki ruangannya. Nando–anak magang yang hampir satu bulan bergabung di fima hukum tempatnya bekerja–tersenyum lebar dengan tangan menggoyangkan satu cup kopi dengan logo Starbucks.
"Pesenan lo, nih," katanya seraya menaruh cup berukuran reguler itu di meja Danu. Belum lama Nando mengenal Danu, tetapi pengacara senior di Bintala Fero & Partners sudah Nando delarasikan sebagai idolanya di sana. Kendati punya hobi menyuruh-nyuruh anak magang, Danu tidak pelit membagikan ilmu dan pengalaman bagi Nando yang sedang dalam masa pembelajaran.
Danu bangkit, merubah posisi rebahan yang sebenarnya kurang nyaman itu menjadi duduk tanpa menurunkan kaki ke lantai. Kepalanya ia gerakan ke kanan dan kiri, berusaha mengurangi rasa kaku di sekitar lehernya sebelum melirik Nando yang masih berdiri. "Lo udah selesain tugas yang gue suruh?"
"Hehe ... belum, Bang."
"Terus ngapain lo malah cekikikan di sini. Kelarin hari ini, jam tiga gue tunggu hasilnya."
"Buset, dah!" seru Nando otomatis. Yah, meski tidak kaget-kaget amat sebenarnya. Sebulan mengamati, Nando sudah tahu cara kerja Danu yang kadang gila dan super ngebut. Nando baru sekadar tahu cara kerja Danu, tetapi belum bisa mengimbangi. Alhasil, dia sering keteteran sendiri seperti sekarang. Kalau sudah begini, dia hanya punya satu cara.
Nando menyatukan telapak tangannya, matanya menatap Danu dengan pandangan memelas. "Tambahin deadline-nya, ya, Bang."
Melihat kedua tangan di depan dada, Danu memandang Nando skeptis selama beberapa saat. Tampak sedang mempertimbangkan permintaan calon bakal penerusnya itu. Dia mengangguk sekali lantas berujar, "Berhubung hari ini gue lagi baik, lo boleh setor jam dua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable
RomanceDari dulu Lea teramat tahu jika dirinya punya kebiasaan buruk dalam mencampuri urusan orang lain. Yang Lea tidak tahu, keputusannya untuk ikut campur dalam insiden rencana bunuh diri seorang Kamandanu Prayuda, akan memberikan efek besar dalam hidupn...