8. Hasil pertemuan

144 33 70
                                    

Perempuan itu mahluk yang luar biasa dalam berbagai hal, termasuk perihal mengumpati orang. Jadi, hati-hati kalau berbicara dengan mereka.

–Peringatan dari Danu yang dapat siraman saat siang bolong–

–––

––

–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

––

–––

Jemari Lea bergerak konstan, mengetuk permukaan meja tanpa menimbulkan suara. Minuman kedua yang dipesannya sejak tiba di kafe tersisa setengah, tetapi orang yang ditunggunya belum juga datang. Lea merasa perutnya kembung karena sudah menghabiskan satu setengah gelas.

Setiap bel yang dipasang pada pintu kafe berbunyi, Lea selalu melihat ke arah pintu, persis seperti sekarang. Sayangnya, harapan Lea kembali dihempas saat seorang ibu dan anak perempuan memasuki kafe sambil bergandengan tangan. Lea mendesah, melirik penunjuk waktu ukuran besar yang ada di area kasir. 11.40, itu angka yang ditunjukkan jarum pendek dan panjang. Sudah lewat empat puluh menit sejak kesepakatan yang dibuat Danu sepihak untuk waktu pertemuan mereka. Padahal, Lea sengaja datang sepuluh menit lebih awal agar Danu tidak perlu menunggu.

"Ma, aku mau es krim."

"Es krim? Oke, kita makan es krim sebanyak yak kamu mau."

Sayup-sayup Lea bisa mendengar percakapan ibu dan anak perempuan yang tadi memasuki kafe. Posisi mereka yang hanya terhalang tiga meja, membuat Lea leluasa mengamati interaksi mereka. Keduanya saling melempar kalimat dan tawa hingga pelayan mengantarkan pesanan. Mata anak perempuan yang Lea taksir berusia enam atau tujuh tahun itu, terlihat berbinar saat satu porsi besar es krim cokelat tersaji di depannya.

Sambil terus berceloteh, si anak perempuan menikmati es krimnya. Beberapa kali ia mengarahkan sendok ke arah sang ibu, berpura-pura ingin menyuapinya. Walaupun sudah tahu maksud putrinya, si ibu itu tetap membuka mulut lebar-lebar. Perempuan itu mencebikkan bibir, membuat raut kesal sejenak, sebelum akhirnya mengelus lembut rambut anaknya yang dihiasi bandana biru. 

Selama beberapa waktu, semua interaksi keduanya tidak luput dari atensi Lea. Tanpa disadari tatapan Lea berubah sendu. Pemandangan keakraban seorang ibu dan anak memang sering kali membuat Lea iri. Meskipun sudah bisa merasakannya, Lea tidak bisa juga menanggulangi rasa nyeri yang muncul.

Jauh di dalam hatinya, Lea ingin sekali merasakan sentuhan dari perempuan yang telah melahirkannya. Sentuhan yang lembut dan hangat, bukannya–Lea menggelengkan kepala, berusaha mengusir ingatan yang muncul di kepalanya. Ingatan yang tiba-tiba terputar di dalam kepalanya seperti rekaman video. Masalahnya, Lea tidak bisa menemukan tombol pause untuk menghentikan video itu.

Ineffable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang