17. Petunjuk dari Kinan

82 19 15
                                    


Sebelum tanya soal kepekaan orang lain, mending tanya dulu sama diri sendiri. Kadang, manusia itu suka lupa berkaca.

-sesi curhat-

---

--

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

--

---





Kerja otak Lea yang sempat buntu belum juga menemui titik temu. Nampaknya, sel yang memproses informasi di dalam sana mampet seperti saluran air yang tersumbat sesuatu. Lea merasa tanda tanya sedang mengelilingi kepalanya saat ini. Mereka menuntut untuk diutarakan agar tidak penasaran seperti arwah. Namun, hingga mobil berhenti di tempat tujuan yang Lea tidak tahu di mana, mulutnya tidak juga mengeluarkan suara.

"Nah, kita sampai. Ayo turun."

Suara Danu menyadarkan Lea. Perempuan itu lebih dulu merapikan berkas di pangkuannya lalu menyusul Danu yang sudah keluar mobil. Mata Lea memindai sekitar, sementara kakinya melangkah mengikuti Danu. Yah, meski sebenarnya Lea kesulitan menyamai langkah Danu yang mirip galah itu.

"Jadi kamu bela pelaku, tapi kenapa?" akhirnya keluar juga pertanyaan itu. Rupanya rasa penasarannya tidak dibendung dan jebol begitu saja.

"Karena enggak akan ada orang yang mau bela dia, Lea."

"Ya, itu jelas," sahut Lea cepat. "Siapa juga orang waras yang mau bela pelaku? Duh, kamu jalannya pelan dikit, dong. Kaki saya enggak sepanjang kaki kamu."

Mendengar itu, Danu menghentikan langkahnya. Ia menoleh, melihat perempuan yang baru saja mengeluh karena kecepatannya dalam berjalan.

"Kamu benar, mungkin saya bukan orang waras. Lalu, saya tahu alasan kamu sulit menyamai langkah saya." Danu menunduk, menyejajarkan tinggi mereka. "Itu karena kamu pendek."

Mata Lea kontak membeliak. Tangannya secara impulsif memukul lengan Danu. "Untuk ukuran perempuan, saya itu termasuk tinggi tahu," ucapnya tak terima. Tinggi badan Lea menyentuh angka 168 sentimeter. Dasar Danu saja yang terlalu tinggi, setelah ditambal sepatu dengan hak lima senti pun tinggi mereka masih jomplang.

Danu mebawa kepalanya ke posisi semula lantas mengangguk. "Iya, deh, yang ngaku tinggi tapi masih pendek kalau di samping saya."

Kepalan tangan Lea kembali terayun, tetapi kali ini pukulannya tidak bisa mengenai Danu. Lelaki itu berhasil menangkap pergelangan tangannya, membuat tangannya yang masih terkepal terhenti di udara.

"Kita belum menikah tapi kamu suka sekali main KDRT," ujar Danu prihatin yang langsung memancing pelototan Lea. Matanya lalu melirik ke bawah, tepatnya ke arah kaki Lea. "Soal tinggi badan kamu yang enggak seberapa itu bukan masalah besar, kok. Saya suka cewek pendek soalnya."

Ineffable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang