24. Ketika hati kesambet cemburu

66 19 8
                                    


Dalam beberapa hal, ketika ditanya kamu ditanga kenapa harus begini? Maka tanya balik, kenapa enggak boleh begini? Begini-begitu, kan, pilihan, tindakan, dan resikonya untukku.

–Kembali lagi dengan penghuni CCS yang lagi santuy–



———

——




—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


——

———






Sepanjang hidupnya hingga kemarin sekalipun, Lea tidak pernah berpikir akan bisa berjalan sambil bergandengan tangan dengan lawan jenis seperti sekarang. Kendati status dirinya dan Danu masih abu-abu, lebih dari sekadar zona pertemanan tetapi juga belum sampai dalam zona pacaran, Lea tetap menikmati apa yang sedang terjadi di antara mereka.

Seperti kata Danu, yang harus dipikirkan untuk saat ini hanya mereka berdua. Lupakan sejenak soal kriteria ibu mertuanya. Bukannya Lea tidak berharap, tetapi rasanya terlalu dini untuk memikirkan itu di saat mereka baru mulai. Semudah itu Lea termakan kalimat persuasif Danu. Padahal, sebelumnya Lea tidak pernah menoleransi laki-laki yang jelas-jelas berlawanan dengan kriterianya. Mungkin, Danu ini seperti penyihir yang bisa mempengaruhinya dengan kata-kata ajaib.

"Kok, kamu ikut keluar?" tanya Lea, merasa heran karena Danu ikut keluar dari lift di lantai sepulu. Belum lagi, Danu tidak kunjung melepaskan tautan di jemari mereka.

"Aku masih mau lihat wajah kamu dulu sebelum naik, takut kangen soalnya."

Lea tertawa. Entah karena Danu ini pengacara berotak cemerlang, atau mungkin karena sering latihan, dia jadi lancar untuk mengeluarkan gombalan receh.

"Enggak usah lebay, deh. Nanti siang juga ketemu lagi." Lea menyahut seraya mencebikkan bibir, berusaha menahan bibirnya untuk tersenyum.

Kalimat balasan akan Danu keluarkan ketika suara orang lain terdengar lebih dulu, menyerobot disertai kehadiran dua orang yang baru keluar dari lift. "Misi, ya, nyamuk numpang lewat."

"Mana ada nyamuk segede gaban begini," sahut Lea yang dengan segera menarik tangannya dari genggaman Danu. Namun, sepertinya Gita sudah melihat karena wajah ibu satu anak itu mesam-mesem minta ditimpuk. Kalau begini, Lea harus siap-siap, ruangan CCS auto ramai oleh kicauan ibu-ibu rumpi.

"Lagian pacaran enggak tahu tempat. Ini kantor, tempatnya kerja bukan tempat mesra-mesraan."

Baiklah, Lea salah. Tidak perlu sampai ruangan, di depan lift pun jadi. Tidak cukup dengan Gita, si pemilik suara tingkat tinggi yang berada di sebelahnya menambahkan. "Udah berangkat bareng, gandengan tangan, dianter sampai tempat kerjanya lagi. Duh, gue curiga kalau kalian udah rilis."

Ineffable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang