9. Tragedi di akhir pertemuan

128 34 40
                                    

Biasakan bertanya. Kadang, ketidaktahuan itu bisa membuat kepercayaan diri seseorang nyusruk karena malu.

-Lelaki yang tidak ingin disebutkan namanya-

---

--

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

--

---


Dari sekian banyaknya umpatan dan kata-kata kasar yang tersebar di KBBI, Danu tidak mengerti mengapa Lea justru mengatainya jin Iprit. Meski agak meleset dari nama sebenarnya, yakni Ifrit, Danu tetap tidak mau disamakan dengan jin.

Harus Danu akui, dirinya sering kali jahil saat beribadah semasa kecil. Danu kecil pernah menaiki punggung sang ayah saat ayahnya sedang sujud. Dia juga pernah menggelitik telapak kaki temannya saat salat tarawih. Danu juga sering menarik mukena yang dikenakan Irene hingga sang adik menangis kencang. Guru ngajinya pun tak segan Danu usili. Dia sembunyikan sebelah sandalnya di tempat wudu, sementara yang sebelah lagi disembunyikan di dalam beduk. Dari semua kejahilan itu, rasanya agak berlebihan kalau Danu disamakan dengan jin.

Akan tetapi, kekesalan Danu segera terlupakan ketika menyadari di mana mereka berada. Mereka masih di tempat yang sama, di dalam kafe yang saat ini penuh pengunjung. Maka, Danu hanya bisa melotot ke arah Lea sebentar, sebelum melakukan apa yang dilakukan Lea sebelumnya. Yakni, meminta maaf kepada pengunjung lain dengan anggukan dan tatapan penuh penyesalan.

"Maaf."

Suara Lea yang seperti tikus terjepit itu, Danu dengar saat mata mereka kembali bertatapan. Sebenarnya, Danu tidak tahu arti maaf yang diucapkan Lea. Entah karena telah menyamakan dirinya dengan jin, atau karena telah membuat mereka jadi pusat perhatian untuk kedua kalinya. Namun, Danu tidak mau mendebat lebih jauh, khawatir Lea akan kembali kelepasan yang berujung seperti barusan.

Akhirnya, Danu Hanya bisa menghela napas. Berdebat dengan perempuan tidak akan ada habisnya. Yang paling penting lagi, laki-laki tidak akan menang melawan perempuan. Danu mungkin hebat ketika saling lempar kalimat dengan pengacara lawan atau para penghuni pengadilan. Namun, Danu kalah telak jika beradu pendapat dengan sang ibu ataupun Irene. Hal yang sama berlaku dengan beberapa perempuan yang dia temui. Jadi, dari pada membuang-buang waktu untuk hal yang sudah pasti, Danu memilih meraih ransel yang tadi disimpannya di kursi sebelah.

Sementara itu, Lea diam, mengamati dari posisinya. Dia baru sadar jika Danu tidak datang dengan tangan kosong. Ada ransel berukuran sedang yang kini sedang dibuka lelaki itu. Tidak lama setelahnya, sebuah laptop, pulpen, buku catatan kecil dan selebaran tentang kakaknya dikeluarkan dari sana. Meski penasaran mengapa Danu mengeluarkan semua benda itu, Lea hanya diam, tidak berani untuk bertanya.

Ineffable Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang