[ a simple conversation ]Unexpected. God created this girl with love and managed to make her grow beautifully. And BaekHyun, somehow he can feel comfortable. Think of it as fate. In an instant, the two of them fit in and forgot about "there's still a lot to straighten out."
-
-
-
-
Jam menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana rumah sakit terasa sedikit sunyi. Irene terdiam memandangi wajah pucat sang ayah. Sudah hampir satu jam. Tapi sang ayah belum juga sadar. Kemudian, ingatannya ditarik pada kejadian beberapa saat yang lalu. Dia tersenyum simpul. Hatinya menghangat ketika mengingat kejadian dimana BaekHyun menggendong sang ayah di pundaknya.
Irene menghela nafasnya. Terhitung sudah 2 kali BaekHyun menyelamatkan nyawanya. Sungguh Irene tidak tahu apa yang akan terjadi jika saja BaekHyun tidak datang. Kemungkinan terburuknya adalah, dia akan ikut hangus dan lebur bersamaan dengan luluh lantahnya gedung cafe tersebut. Seharusnya Irene berterimakasih, bukan? Tapi gadis itu bingung harus melakukan apa.
Terlalu fokus dengan ingatannya membuat Irene tidak menyadari jika sang ayah sudah membuka mata. Pria tua itu menatap sang puteri dengan pandangan yang begitu hangat. Bae JinHwan sangat bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk bisa melihat puterinya sampai detik ini.
"Baechu-yaa..." ujarnya lirih.
Irene tersentak kemudian mengalihkan pandangannya pada sang ayah.
"Ayah! Syukurlah ayah sudah sadar. Apa ada yang sakit? Apa perlu aku panggilkan dokter? Ada sesuatu yang ingin ayah makan? Atau-"
"BaekHyun...."
Ucapan Irene terhenti begitu sang ayah memanggil satu nama. Gadis itu terdiam selama beberapa saat.
"Ne?"
"Byun BaekHyun...."
"Byun BaekHyun? Ayah ingin bertemu dengannya? Aku akan-"
Bae JinHwan menggeleng "Apa dia juga dirawat?"
"Ne?"
Bae JinHwan memutar bola matanya dengan jengah. Sungguh dia tidak melahirkan anak yang telmi.
"Byun BaekHyun, dia juga terluka saat itu. Apa dia sudah mendapatkan perawatan?"
Irene tertegun sejenak. Benarkah BaekHyun terluka? Irene tidak tahu. Dia terlalu fokus dengan sang ayah tadi.
"Ak-aku tidak tahu..."
Bae JinHwan berdecak "Ck! Cepat cari dan obati dia. Seingat ku keningnya berdarah."
"Dia bisa mengobati dirinya sendiri, ayah."
"BaekHyun bukan tipe laki laki yang bisa merawat dirinya sendiri, Bae Irene. Percaya pada ku. Laki laki itu pasti hanya akan membiarkan luka nya terkena angin dan mengering. Cepat temui dia. Obatilah lukanya sebelum dia gegar otak."
Irene berdecak. Apasih ayahnya ini. Luka kecil di kening tidak mungkin menyebabkan gegar otak, kan? Dasar pria tua yang hobi melebih lebihkan sesuatu.
"Jika aku menemuinya, lalu bagaimana dengan ayah?"
"Aku? Memangnya kenapa dengan ku?"
"Ayah juga sedang sakit."
"Hei, nona muda! Aku tidak apa apa. Tidak ada yang berdarah, artinya tidak ada yang serius. Sudah sana pergi dan jangan banyak bicara!"
KAMU SEDANG MEMBACA
fiancé [✓]
FanfictionSiapa yang tidak kenal Byun BaekHyun? CEO perusahaan progamming game terbaik nomor 2 di Korea. Tampan, kaya, dan berotak encer membuatnya menjadi incaran para orang tua yang ada disana. Tak sedikit yang menjulukinya sebagai 'menantu idaman Korea'. ...