"Kadang rasa sakit itu harus selalu gue rasain, bahkan sebelum bahagia dateng secuil pun ke gue. Lo tau jelas soal itu."
-αlright?-
Mata tajammya menelisik tiap ujung kepala hingga kakinya, Beomgyu menatap dirinya sendiri dengan wajah datar dan penuh lebamnya. Yeonjun telah melakukan meeting di kantornya pagi-pagi sekali, bahkan membangunkan dirinya sebentar hanya untuk sekedar berpamitan.
Sementara itu, Soobin sedang berada di kamarnya untuk mengecek semua data pasien yang ada menumpuk pada ruang kerjanya.
Beomgyu tidak bohong, bagaimana dirinya merasakan sakit disaat kedua orangtuanya tidak menginginkan dirinya dan juga bagaimana kuatnya kedua kakak kandungnya itu dalam menghidupi dirinya.
Beomgyu bersyukur memiliki Yeonjun dan Soobin yang dulu meminta bantuan kepada orang lain, bekerja keras hingga sukses seperti sekarang ini tanpa bantuan dari orangtuanya. Sepeser pun tidak pernah diberikan oleh orangtuanya kepada dirinya dan juga kedua kakaknya.
Tok tok tok
"Gyu, kakak ada operasi dadakan. Kamu dirumah aja, kak Yeonjun abis ini pulang mungkin," jelas suara Soobin teredam sedikit karena pintu kamar Beomgyu tertutup.
Padahal Beomgyu tidak pernah mengunci pintu kamar itu.
Kenapa tidak mencoba membukanya langsung?
Beomgyu yang mendengar itu langsung saja kakinya melangkah kesana dan menemukan afeksi kakaknya itu meneliti tiap sudut wajah dan kakinya yang terluka.
Beomgyu menghela nafasnya pelan,
"Gue udah baikan, Kak."
Seolah mengerti apa yang akan dipertanyakan oleh Soobin, Beomgyu menjawab dengan sempurna saat itu juga kepada Soobin. Bahwa lukanya sudah tidak apa-apa dan baik-baik saja.
"Yeonjun mungkin nggak bakalan ngebiarin kamu ke rumah itu lagi, Gyu."
Mungkin benar yang dikatakan Soobin, bahkan dirinya sekarang hanya bisa menunduk dengan netranya yang menyapu setiap inci lantai putih yang ia tapaki.
"Iya, Kak. Beomgyu juga tahu kok, tapi kak Soobin ngga-"
"Kakak juga bakalan lebih nggak setuju kamu kesana lagi, Gyu." potong Soobin membuat Beomgyu menatap kakaknya secara langsung itu.
Soobin tidak macam-macam dengan ucapannya, bahkan dirinya berharap kakak keduanya itu mengizinkan dirinya untuk berkunjung kesana lagi. Namun, Soobin sepertinya sudah terlalu menuruti adiknya itu dan kembali menempatkan Beomgyu dalam keadaan lebih parah dibandingkan ini.
"Kakak nggak mau kamu sakit lagi lebih parah dari kemarin-kemarin ataupun sekarang, Gyu. Meskipun kakak ini dokter, tapi seorang dokter juga nggak mau keluarganya terluka. Terutama kamu, adik kesayangannya."
Beomgyu tertegun.
Tes
Rasa bersalah menyeruak dalam hatinya, Soobin yang mengetahui bahwa Beomgyu tengah menangis itupun akhirnya merengkuh tubuh adiknya yang lebih pendek delapan centi dari tubuhnya.
"Kakak cuma mau kamu aman, Gyu. Jangan sakit lagi," tutur Soobin lembut dengan tangannya yang mengusap punggung bergetar milik Beomgyu.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of The Light [END]
Teen FictionTuhan tahu itu, semua rasa yang terbalut asa yang tak utuh. Bahkan sejumlah angin meresap nyaman melewati celah kalbu yang ada dan selalu membantu dalam setiap nyawanya. Katanya, senja itu sempurna. Katanya, mereka itu bahagia. Katanya, semua kes...