TDOTL : CHAPTER 30

762 149 4
                                    

"Seperti nadi yang selalu membutuhkanmu, saya juga butuh nadi itu untuk hidup; i love you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seperti nadi yang selalu membutuhkanmu, saya juga butuh nadi itu untuk hidup; i love you."

-αlright?-

Soobin, pemuda itu masih menatap datar ke arah pihak kepolisian yang sedang mencatat beberapa berkas untuk kedua orang yang telah ia seret sekarang.

"Saya mau kalian hukum mereka seburuk mungkin," jelas Soobin.

Terlihat bahwa pihak kepolisian kali ini sangatlah merugikan dirinya, banyak yang sengaja mencari data-data lain dan mengabaikan Daniel serta Bomin untuk dipenjarakan.

Soobin tahu, bahkan lebih tahu dimana para polisi itu mendapatkan biaya dari Bomin dan juga Daniel supaya mereka dilepaskan begitu saja.

"Permisi, saya harus menelfon." Pamit Soobin yang mundur sebentar dan mencarikan nama seseorang yang paling tinggi jabatannya di daerah kepolisian cabang manapun, dan kebetulan itu adalah sahabatnya sendiri dimasa kuliah.

"Halo, Bin? Wah tumben telfon gue lo, ada apaan?"

Soobin menghela nafasnya pelan saat ini, "Maaf San, saya ganggu kamu banget ya?"

"Eh nggak kok, tenang aja. Lagi istirahat kok gue, kenapa emangnya?"

"Boleh saya minta tolong ke kamu buat datang ke kantor polisi pusat? Nanti saya jelaskan disini," ucap Soobin.

"Hah? Kantor pusat? Oke-oke gue kesana sekarang, lo tunggu gue ya, Bin."

Soobin mengangguk tanpa sepengetahuan sahabatnya itu, "Terima kasih, Sanha."

Panggilan telfon pun dimatikan, dirinya kembali duduk di tempat duduk depan polisi tadi dan melihat bahwa sejak tadi laporannya belum dikonfirmasi.

Elkey sejak tadi diam dan menatap malas ke arah Soobin dan polisi di depannya. Kedatangannya tadi adalah membuat Soobin menjadi lebih memilihnya dibandingkan Arin, tapi mengapa saat ini dirinya harus terlibat dengan percekcokan keluarganya?

Lain kali Elkey akan membuat rencana lainnya saja.

"Bin," panggil Elkey

Soobin menoleh mendapati Elkey yang memasang wajah cemas dan letih itu, "Gue mau balik duluan boleh? Perut gue sakit soalnya."

Soobin langsung saja menganggukkan kepalanya dan mengizinkan Elkey untuk kembali saat itu juga, dirinya merasa tidak enak karena sudah membawa Elkey sampai kesini.

Dilihatnya punggung Elkey menjauh dan dirinya sudsh tidak tahan lagi akan keadaan sekarang ini.

Brak

Polisi di depannya pen tersentak kaget karena gebrakan yang Soobin ciptakan itu, Soobin sejak tadi telah bersabar namun tidak digundahkan sama sekali. Jadilah dirinya melakukan hal ini.

Bukankah orang sabar juga punya batas lelahnya?

"Tolong jaga kesopanan Anda," tutur salah satu polisi didepan sana membuat Soobin tertawa sekilas.

"Saya sudah menunggu laporan saya dikerjakan oleh Anda, tapi Anda mengacuhkannya sampai sekarang. Maksudnya apa ya?"

Polisi tadi menyunggingkan senyuman miringnya dan menatap remeh kepada Soobin, "Saya tidak melayani orang rendahan sepertimu."

Soobin rasanya ingin menonjok polisi didepannya namun salah satu suara dari arah belakangnya itu membuat polisi didepannya jadi kaget dan khawatir.

"Lalu, Anda saya pecat dari kantor pusat ini."

Soobin menoleh mendapato sahabatnya telah sampai disini dan menatap tajam ke arah polisi yadi yang sempat mengatai dirinya rendahan.

"P-pak Sanha?"

"Iya ini saya, dan saya memutuskan untuk memecat kamu, kamu, dan juga kamu, dari pusat sekarang juga. Kalian bertiga tidak ada sopan santun dan tidak memberikan pelayanan yang adil dan semestinya kepada keluarga korban," jelas Sanha membuat ketiganya terdiam seketika.

Sang ketua dari ketiganya pun pergi dari sana beserta dua lainnya mengkutinya dibelakang, Sanha menatap sinis ketiganya dan langsung saja duduk didepan Soobin sahabatnya itu.

"Sorry ya, Bin. Biar gue aja yang urus ini semua, gue barusan dapet laporan kalo Kak Yeonjun ditusuk sama salah satu dari dua orang dibelakang lo." Ucap Sanha membuat Soobin tenang sekarang.

"Makasih, maaf kalo saya ngerepotin di waktu jam istirahat yang seharusnya kamu buat istirahat." Tutur Soobin tidak enak, namun langsung ditepis oleh Sanha saat itu juga.

"Gapapa, soal ini serahin ke gue. Lo ke Rumah Sakit aja, nanti kelanjutannya gue telfon."

Soobin tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada sahabatnya itu dan berlalu dari sana sambil merasakan hal aneh dari arah Bomin dan juga Daniel itu.

Terlihat keduanya diam, tidak! Maksud Soobin adalah Bomin sejak tadi diam padahal dirinya sadar dan juga Daniel masih belum terbangun dari acara pingsannya karena ulah Arin tadi di kantor.

Soobin keluar dari kantor kepolisian itu dan melihat Ryan berlari ke arahnya, "Saya sudah menitipkan mereka berdua ke sahabat saya, tolong urus sampai selesai ya. Saya mau kembali ke Rumah Sakit," ujar Soobin langsung diangguki oleh Ryan saat itu juga.

Soobin menghela nafasnya dan masuk ke dalam mobilnya.

Cukup banyak masalah saat ini, termasuk juga masalah tentang dirinya yang gelisah sejak tadi.

"Saya minta maaf, Rin."



Tbc.

Kayaknya saya bakalan kalap buat update banyak bab hari ini, jangan bosen buat liat ceritanya ya.

I love u

Stay safe and healthy disana ya Babiess ♥

The Darkness of The Light [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang