TDOTL : CHAPTER 07

1.8K 331 26
                                    

"Nggak banyak orang yang tahu letak dari kesakitan gue dimana, kebanyakan mereka tau letak kelemahan dan sisi jatuh gue dimana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nggak banyak orang yang tahu letak dari kesakitan gue dimana, kebanyakan mereka tau letak kelemahan dan sisi jatuh gue dimana. Karena itu, gue nggak pernah mau nunjukin sisi lemah gue dimana; bahagia."

-αlright?-

Pintu apartemen dibuka tergesa-gesa oleh Soobin dan langsung saja melangkahkan kakinya menuju kamar sang bungsu.

Terlihat juga disana kakak tertuanya membuat dirinya tercubit akan sesuatu yang pedih, baru pertama kali dalam hidupnya Soobin melihat Yeonjun menangis seperti ini. Bahkan isakannya terlalu jelas untuk didengarkan.

Soobin menghela nafasnya berusaha menghindari rasa sesak yang mulai hadir dalam tubuhnya dan langkahnya maju perlahan ke arah Beomgyu, adiknya.

Pergerakan pelan-pelannya itu terlihat dan ketahuan oleh Yeonjun yang sedang duduk di lantai, Soobin tidak menginginkan wajah sedih kakaknya itu sekarang.

Soobin hanya takut dirinya ikut menangis karena melihat kakak sulungnya yang paling kuat diantara mereka menangis.

Tes

Sekuat apapun itu, Soobin hanyalah seorang anak yang sejak kecil dipaksa untuk dewasa demi kenyataan. Didewasakan oleh waktu yang begitu cepat membuat dirinya bergelung dengan semua hal baru.

Dimana seorang anak yang mulai bekerja menghidupi dirinya sendiri tanpa bantuan orang tua bahkan ditawari untuk pergi ke panti pun Yeonjun menolak dengan alasan dirinya pasti bisa menghidupi kedua adiknya.

Hingga salah satu orang baik memutuskan untuk menjadikan dirinya sebuah pelayan di salah satu Restoran, baru lah Yeonjun menerimanya dengan senang hati.

Karena pada dasarnya, seseorang yang dipaksa untuk dewasa itu sangatlah nyata. Bahkan disaat semua rasa sakit yang harusnya ia bagi, ia pendam sendiri rapat-rapat tanpa ada yang tahu dibalik semua keceriaan itu ada kepedihan yang begitu dalam.

Bermuka dua, itulah yang dilakukan oleh ketiganya.

"Tolongin Beomgyu sekarang, Bin. Gue-gue nggak kuat ngeliat dia kayak gitu," suara Yeonjun bergetar dengan lirihnya yang membuat Soobin langsung saja mengangguk dan menghapus kasar air matanya itu.

"Tenang aja kak, dia juga adik Soobin. Jangan khawatir," tutur Soobin.

Tangannya itu langsung saja mengecek nadi Beomgyu dan juga memeriksa segala hal yang ada di badannya, Soobin harap-harap cemas melihat Beomgyu seperti sekarang.

Nadinya dikit lemah

Nggak beraturan

Dan juga-

"Kita harus bawa Beomgyu ke Rumah Sakit, Kak."

Soobin mengucapkannya sambil mencari nomor di ponselnya yang akan ia hubungkan dengan rekannya di Rumah Sakit.

"Halo, iya gue minta tolong sediain tempat buat gue di bagian pemeriksaan FAST ya sekarang, iya makasih banget gue bakalan traktir lo nanti."

Seusainya itu Yeonjun telah bersiap untuk membawa Beomgyu digendongannya. Soobin menaruh kembali stetoskop miliknya itu ke dalam tas dan membawanya untuk bersama dirinya.

Kedua bersaudara itu membawa Beomgyu secara tergesa-gesa ke Rumah Sakit.

Sampainya disana, Beomgyu langsung dibaringkan ke bangsal yang ada disana dan Soobin yang sedang mencari rekan kerjanya itu.

Puk

Tepukan di bahu kanannya itu membuat Soobin menoleh dan mendapati Arin sebagai partner kerjanya berdiri didepannya dengan nafas yang terengah-engah.

"B-bin, adik lo kenapa?"

Soobin hanya menggelengkan kepalanya, "Trauma abdomen, Rin. Gue ngerasa tadi meriksa dia kayak gitu," jawab Soobin langsung membuat Arin menarik bangsal milik Beomgyu dan membawanya menuju ICU.

Yeonjun yang tidak diperbolehkan masuk ke ruang steril itu pun hanya bisa duduk di depan ICU dengan perasaan cemas yang sangat mendalam. Tangannya mencari letak ponselnya dan menelfon saat ini juga.

"Ryan, batalin semua meeting hari ini sama besok. Gue nggak bisa dateng," jelas Yeonjun kepada salah satu sekretarisnya yang bekerja dengannya itu.

"Tapi meeting nya tentang saham yang kemarin, Jun. Nggak bisa dibatalin gitu aja, kalau lo nggak bisa biar gue aja yang gantiin."

Yeonjun menghela nafasnya pelan, rasa frustasi membuatnya kehilangan akal dimana saham yang seharusnya ada untuk pembahasan meeting itu hampir terbengkalai begitu saja.

"Iya, gue pasrahin semuanya ke lo. Semua laporannya ada di lo kan?"

"Iya, biar gue perbaiki lagi, lo jangan khawatir."

"Makasih, Yan."

Panggilan itu terputus dengan semestinya, Yeonjun masih harap-harap cemas memikirkan apa yang mereka lakukan kepada Beomgyu, bahkan Yeonjun tidak sadar, bukankah adiknya juga sedang berjuang di dalam sana menolong Beomgyu?

Tbc.

Nih ku kasih trailernya

The Darkness of The Light [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang