"Kumohon, jika ingin berwajah dua tolong percantik salah satunya."
-αlright?-
Suasana mencekam dengan banyak orang didalamnya, seorang paruh baya dan perempuan dipenuhi oleh aura ketegangan. Di kursi kebanggannya seorang laki-laki yang telah memiliki tiga anak itu kini berdiri dengan tangan yang dimasukkan ke saku celananya.
Tap tap tap
Suara langkah kaki beralaskan sepatu itu membuat bising di tengah keheningan yang ada, hingga satu suara membuat keheningan itu buyar dan sirna.
"Jadi ... bagaimana Tuan Choi?"
Seseorang yang dipanggil Tuan Choi itu pun menatap datar ke seluruh bawahannya dan terpaku pada sang anaknya yang duduk di samping kursi kebanggannya.
Choi Daniel.
"Tunggu apalagi? Bunuh aja, apa susahnya tinggal membawanya kemari dan membunuhnya."
Tuan Choi sendiri tidak berinisiatif untuk mengekang ataupun memotong ucapan yang bernada seperti perintah terlontar dari mulut Daniel itu. Dirinya hanya diam dengan alis yang terangkat sebelah lalu menyunggingkan senyuman miringnya.
Mengingat bahwa ketiga anaknya itu akan bertekuk lutut dihadapannya, membuat rasa ingin membunuh begitu besar. Lagipula dirinya juga bisa menggunakan anak terakhirnya itu untuk umpan kedua kakaknya.
"Lakukan saja Daniel, ayah percayakan semuanya kepadamu."
Hanya untuk tahta dan juga kekayaan, semuanya merubah segalanya. Bahkan kasih sayang yang diharapkan oleh Yeonjun, Beomgyu, maupun Soobin kini sirna. Ayahnya yang tidak pernah akan menyadari semua kesalahannya dan juga tetap akan menumpukan segalanya dengan dendam.
Siapa yang bodoh disini?
Siapa yang kejam disini?
Tentu saja Daniel mengetahuinya, dimana dirinya menginginkan matanya itu melihat ketiga saudara tirinya bertekuk lutut disaat-saat terakhir mereka, memohon ampunan dan mengasihani nyawa mereka.
Asyik sekali.
"Persiapkan semuanya, kita mulai hari ini."
"Gue mau pulang sendiri aja, kalian duluan."
Ucapan Beomgyu sontak membungkam kedua sahabatnya yang kini menahan lengannya itu. Beomgyu menatap keduanya dengan pasrah lalu secara perlahan melepaskan cekalan sahabatnya.
"Gue mau nenangin diri dulu, kalian jangan khawatir." ucap Beomgyu lalu berjalan pergi dari sana, sampai ke belokan halte kakinya tidak berhenti hingga hilang dari pandangan Taehyun dan Hueningkai.
"Kai, kita nggak mungkin biarin Beomgyu pergi gitu aja. Gue takut Daniel punya rencana lain buat Beomgyu celaka," tutur Taehyun yang langsung mengeluarkan ponselnya guna menelfon Soobin.
Setelah ponsel Soobin terhubungi, Taehyun mengatakan bahwa Beomgyu tidak ingin kembali. Maka dari itu Soobin juga akan menghubungi Yeonjun agar bisa mengawasi Beomgyu selagi Taehyun dan Hueningkai mengkutinya.
Berjaga-jaga supaya tidak ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Tae, Beomgyu gaada."
Taehyum sontak melihat ke arah sana, dirinya lari sekuat tenaga ke arah jalan belokan itu dan tidak melihat siapapun didepannya sana. Jalanan yang kosong dan tidak ada orang satupun, kekhawatiran keduanya memuncak begitu saja.
Apalagi Beomgyu baru saja mendapatkan pukulan dan luka operasinya belum seutuhnya stabil.
"Argh! Ga becus banget gue jagain dia!?" frustasi Taehyun yang langsung ditenangkan oleh Hueningkai itu.
Keduanya kalut hingga tanpa sadar mata Hueningkai tidak sengaja melihat satu barang yang membuat dirinya yakin akan pelakunya.
"Tae, Beomgyu diculik."
Suara alunan detak jantung itu membuat Soobin sedikit tidak fokus akan semua laporan pasien yang ia rangkap.Pikirannya mengarah ke keadaan Beomgyu saat ini, dirinya sudah menelfon Yeonjun namun yang mengangkat malah Ryan dan mengatakan bahwa Yeonjun ada meeting siang ini.
Soobin jadi kalut karena semuanya.
Brak
Minhyuk sedikit berjenggit kaget karena ulah Soobin membanting laporan setebal lima ratus halaman lebih itu. Tangannya mengusap dadanya perlahan karena kaget, "Lo kenapa sih, Bin?"
"Adik saya, argh! Beomgyu sekarang dalam bahaya, saya mau ke kantor Yeonjun dulu. Min, saya minta tolong gantikan saya dulu sebentar," ujar Soobin yang langsung memakai jas nya dan langsung menyambar semua barang-barang pentingnya.
Langkah besarnya itu aedikit terhenti saat ada tangan kecil yang mencekal lengannya, Soobin menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Arin disampingnya.
"Kenapa, Bin? Kok buru-buru?"
"Saya harus ke kantor Kak Yeonjun, soal hasil CT-Scan Beomgyu nanti kita bicarakan lagi ya. Saya buru-buru," ujar Soobin dibalas anggukan oleh Arin.
"Hati-hati, jangan mikir aneh-aneh kalo lagi buru-buru."
Soobin menganggukkan kepalanya, "Terima kasih, kamu juga hati-hati."
Arin mengernyitkan dahinya bingung akan ucapan Soobin barusan, "Kenapa harus hati-hati?"
"Hati-hati buat jaga hati, saya pergi dulu."
Tbc.
Beomgyu kenape tuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of The Light [END]
Teen FictionTuhan tahu itu, semua rasa yang terbalut asa yang tak utuh. Bahkan sejumlah angin meresap nyaman melewati celah kalbu yang ada dan selalu membantu dalam setiap nyawanya. Katanya, senja itu sempurna. Katanya, mereka itu bahagia. Katanya, semua kes...