"Saat aku harus memilih tinggal, mungkin ini juga saat aku harus berakhir dengan tinggal selamanya."
-αlright?-
"Saya tidak peduli, anda sudah bukan siapa-siapa saya. Bersiap saja marga saya bukan Choi lagi, saya akan melepasnya dan menggantinya dengan marga lain."
Ryan menatap takut ke arah sahabat sekaligus atasannya itu yang sedang entah apa namun ditangannya itu terdapat sebuah pisau yang sangat tajam, sehingga Ryan mewanti-wanti supaya Yeonjun tidak melakukan hal yang berbahaya kepada dirinya sendiri.
Keadaan di ruangan itu cukup hening dan menyeramkan bagi Ryan, karena saat ini Yeonjun dihadapkan dengan Choi Bomin yang tiba-tiba saja datang ke perusahaan Yeonjun dan berniat mengacau.
"Kenapa?"
"Cih, baru menyesal. Kemana aja selama ini? Gila ni orang tua," lanjut Yeonjun melihat Bomin yang terdiam dan menatap dirinya itu.
Tatapannya datar dan mengisyaratkan banyak artian, oleh karena itu Yeonjun tidak ingin terjatuh lagi ke lubang yang sama dengan memaafkan kejadian yang akan terulang lagi. Tidak akan pernah lagi.
Prok prok prok
"Bagus ... bagus, lanjutin drama kalian. Dan lo, Choi Bomin," langkah kaki orang itu mendekat ke arah Bomin dan tersenyum miring disana.
"Selamat meminta-minta ke anak lo sendiri." Lanjutnya dan tertawa.
Yeonjun tidak menyukainya, sebenarnya dirinya sudah menduga bahwa semua ini hanya akal-akalan Daniel untuk menjebak dirinya. Namun didepan matanya sendiri, ayahnya direndahkan dan diucapkan seperti itu membuat jiwa lain Yeonjun meronta untuk memaafkan.
Seperti ini, Yeonjun masih anaknya kan?
"Jangan drama di tempat saya, silahkan kalian berdua keluar dari sini."
Daniel tertawa, dirinya tersenyum sinis ke arah Yeonjun dan secara tiba-tiba membuat perasaan tidak enak bersarang dalam diri Yeonjun. Sebenarnya, Yeonjun hendak menuju Rumah Sakit, namun dirinya tidak tega akan keadaan adiknya itu. Oleh karena itu, Yeonjun mampir sebentar ke perusahaannya.
Dan siapa kira kejadian ini akan terjadi?
Bugh
Bugh
Bugh
Yeonjun membelalakkan matanya kaget melihat Bomin dilempar dan ditendang tanpa adanya perlawanan, tangannya mengepal ingin sekali menolong ayahnya itu namun dirinya tidak ingin tertipu lagi jika ini hanya asal-asalan permainan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of The Light [END]
Fiksi RemajaTuhan tahu itu, semua rasa yang terbalut asa yang tak utuh. Bahkan sejumlah angin meresap nyaman melewati celah kalbu yang ada dan selalu membantu dalam setiap nyawanya. Katanya, senja itu sempurna. Katanya, mereka itu bahagia. Katanya, semua kes...