"Jauh sebelum gue hidup, mungkin emang ini rencana mereka ngehadirin gue; disiksa."
-αlright?-
"Gyu, Soobin ke Rumah Sakit?"
Beomgyu menganggukkkan kepalanya menjawab ucapan Yeonjun tentang keberadaan Soobin itu. Tangannya perlahan memegang sendok yang berada didepannya lalu memakannya perlahan, Yeonjun baru saja memasakkan makanan untuk dirinya.
Beomgyu juga tidak tahu ada apa dengan perutnya saat ini, yang dirasakan olehnya hanya rasa sakit yang begitu sangat menyiksanya. Tangan kirimya itu meremat pelan perutnya sendiri dengan wajah santainya menyuapkan makanan Yeonjun ke mulutnya.
Jangan sekarang, please! Gue lagi didepan kak Yeonjun, inner Beomgyu.
Rasa sakit itu mencetak jelas disana dengan keringat dingin yang Beomgyu keluarkan di dahinya. Yeonjun mengernyitkan dahinya bingung, menurunkan beberapa kertas pentingnya dan menatap Beomgyu dengan matanya.
Meneliti setiap sudut tubuh adiknya hingga menyadari ada yang aneh terhadap tubuh Beomgyu itu.
"Mana yang sakit?"
Beomgyu sontak langsung meringis kesakitan pelan karena rasa sakitnya membuat Beomgyu tidak betah sama sekali.
"Anu-gue pengen bab kak, bentar."
Langsung saja Beomgyu lari ke kamar mandi menyisakan Yeonjun yang termangu dengan ucapan adiknya itu.
Beomgyu masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya, tangannya terus meremat perutnya yang sakit itu.
Tidak, itu bukan sakit hanya karena ingin buang air besar, Beomgyu berbohong kepada Yeonjun. Beomgyu tidak ingin membuat Yeonjun khawatir akan keadannya.
"Shhh, astaga sakit banget."
Wajahnya mulai pucat dengan keringat dingin yang terus ada di wajahnya, hingga Beomgyu meluruh ke lantai dan menyandarkan dirinya seutuhnya ke lantai.
Pikirannya langsung mengarah ke kejadian tempo lalu yang dihajar oleh kedua anak buah Daniel di taman belakang sekolah karena dirinya menghajar dan melawan Jeno.
Tok tok tok
"Gyu, lama banget sih. Lo ngapain?"
Bohong, padahal baru saja beberapa menit Beomgyu masuk ke kamar mandi dan Yeonjun mengetuk pintu kamar mandi itu sekarang.
Beomgyu tidak bisa menjawabnya, tubuhnya terlalu lemah untuk menahan rasa sakit itu hingga air matanya keluar tanpa diminta. Entah harus bagaimana lagi, Beomgyu pasrah akan keadaannya.
"K-kak Yeon-"
Gelap.
Itu yang ada di mata Beomgyu sekarang, rasa sakit sudah tidak bisa ia terima lagi.
Yeonjun yang berada di balik pintu itupun akhirnya berusaha untuk membuka pintu sekuat tenaga. Hingga terpaksa dirinya harus mendobrak pintu itu dan jantungnya mencelos seketika.
Disana, Beomgyu terkapar pingsan dengan wajah pucatnya dan keringat dingin yang menghiasi wajahnya. Yeonjun langsung saja menggendong tubuh adiknya dan membawanya ke kamar.
Dibaringkannya tubuh Beomgyu secara perlahan dan langkah paniknya menelfon Soobin untuk segera pulang dari Rumah Sakit.
"Halo, kenapa kak?"
"Bin, kakak minta kamu pulang sekarang. Beomgyu pingsan di kamar mandi," jelas Yeonjun cepat membuat Soobin yang berada di seberang sana kaget dan sesak seketika.
"Oke, 10 menit Soobin nyampe sana, Kak."
Panggilan itu diputuskan secara langsung oleh Soobin, Yeonjun bahkan bingung sekarang harus melakukan apa untuk penanganan utama kepada sang adik.
Kecuali dirinya merasa aneh terhadap tingkah laku Beomgyu tadi yang mengaku ingin buang air besar, dengan tangann yang memegangi perut sejak makan.
Sontak Yeonjun langsung saja menyingkap baju milik Beomgyu itu dan melihat dengan jelas cetak lebam biru keunguan disana, tangannya bergetar menyentuh lebam itu dan melihat Beomgyu meringis dalam pingsannya.
"Astaga, Gyu ... lo kenapa lagi, Dek?"
Tes
"Kenapa lo selalu luka kayak gini sih?"
Lirih, sangat lirih bahkan Yeonjun duduk disamping tempat tidur yang dibuat berbaring oleh Beomgyu itu. Air matanya yang malu-malu untuk keluar karena menghormati citranya sebagai seorang pemimpin perusahaan kini rusak begitu saja, bahkan mengalir seperti sungai.
Tanpa sadar Yeonjun memikirkan buku yang sempat ia baca tadi saat sebelum memasakkan sebuah makanan kepada Beomgyu.
Tbc.
Hai, pakabar?
Gyuu っ╥╯﹏╰╥c
KAMU SEDANG MEMBACA
The Darkness of The Light [END]
Novela JuvenilTuhan tahu itu, semua rasa yang terbalut asa yang tak utuh. Bahkan sejumlah angin meresap nyaman melewati celah kalbu yang ada dan selalu membantu dalam setiap nyawanya. Katanya, senja itu sempurna. Katanya, mereka itu bahagia. Katanya, semua kes...