Saat memasuki rumah Alsa di suguhi dengan pemandangan yang sangat berantakan. Pecahan kaca, piring serta barang-barang yang lainnya berserakan di lantai.
Matanya menatap datar menyapu seisi rumahnya, lalu ia melihat ada bi Jeju yang sepertinya sedang membersihkan serpihan kaca.
"Berantem lagi bi?" Tanya Alsa santai sambil memasukkan tangan kanannya ke kantong hoodienya.
Bi Jeju tersenyum canggung menatap anak majikannya.
"Iya non."
"Udah saya bilang jangan panggil saya non, panggil aja neng Alsa," ucapnya lalu meletakkan belanjaan cemilannya di atas meja.
"Saya bantuin ya bi." lanjutnya.
"Eh nggak usah non. M-maksud saya neng Alsa, biar bibi aja. Disini banyak pecahan kaca," ucap bi Jeju canggung.
Alsa menggeleng. "Justru karena banyak pecahan kaca, jadi saya harus bantuin juga. Biar kalo bibi luka ada yang nemenin," jawabnya sedikit terkekeh. Lalu ikut membersihkan lantai yang kotor karena serpihan kaca.
Bi Jeju tersenyum. "Yaudah kalo gitu maunya neng Alsa. Tapi bibi ke dapur dulu yah, mau ambil sapu sama lap."
Alsa tersenyum lalu mengangguk.
Setelah bi Jeju pergi dari ruang tengah, Alsa kembali memungut pecahan kaca. Namun tanpa sengaja tangannya tergores pecahan kaca itu.
"Shh.." desisnya pelan. Alsa hanya menatap lama luka yang sudah mengeluarkan darah itu tanpa berniat untuk mengobatinya.
"Kenapa neng Alsa?" Suara dari belakangnya membuat Alsa buru-buru menyembunyikan jarinya yang luka.
"A-ah? Nggak kok bi, ngga papa."
Bi Jeju hanya mengangguk sebagai jawaban lalu melanjutkan pekerjaannya.
🦋🦋🦋
Alsa terdiam menatap datar pemandangan di depannya. Kedua orang yang masih berstatus suami istri sedang bertengkar di depannya. Ayolah, ini masih pagi.
Setelah lama Alsa menyimak pertengkaran kedua orang tuanya. Alsa memutuskan untuk pergi ke sekolah. Namun suara berat khas laki-laki menghentikan langkahnya.
"Mau kemana kamu?" Tanya Jefri, ayah kandung dari Alsa.
Alsa menyirit lalu membalikkan badan menatap dua orang yang sedang menatapnya balik. Alsa menurunkan pandangan melihat penampilannya. Padahal ia sudah memakai seragam sekolah hanya roknya ia ganti dengan celana, kenapa masih ditanya?
Namun tak urung Alsa tetap menjawab. "Sekolah."
Setelah mengatakan itu Alsa membalikkan badannya berniat pergi.
"Heh! Nggak sopan kamu! Pergi nggak pamit!"
Alsa hanya tersenyum miring membelakangi kedua orang tuanya.
"Biasanya juga nggak pamit."
"ALSA! KAMU INI KURANG AJAR YA SAMA ORANG TUA! DIMANA SOPAN SANTUN KAMU?!" Bentak Jefri. Sedangkan Rania hanya diam menyimak pertengkaran itu.
"ANAK NGGAK TAU DIRI! KURANG AJAR! KAMU INI NGGAK PERNAH DI AJARIN SOPAN SANTUN YA?! HARUS-"
"IYA! AKU NGGAK PERNAH DI AJARIN SOPAN SANTUN!" Potong Alsa muak. Ah, sial. Pagi ini moodnya benar-benar buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAV
Teen Fiction[SEBAGIAN PART SUDAH DI PRIVATE, FOLLOW DULU UNTUK MEMBACA BAGIAN DI PRIVATE!] "Cantik-cantik kok jutek." "Terimakasih atas pujiannya." Alsava Rycca Beatarisha. Panggil saja Alsa. Mempunyai masalalu yang cukup suram membuat seorang Alsa yang dulunya...