17. Pengakuan Arya

162 24 0
                                    

Saat ini ada seseorang yang sedang bernyanyi di ruang musik sendirian di iringi dengan piano yang di mainkannya.

Hadirmu sembuhkan lukaku

Kau hapus lelahku dengan senyummu

Ku percaya kamu

Kaulah cinta terakhirku

Ia mengakiri nyanyian nya dengan sangat halus. Suaranya yang lembut sangat merdu saat sampai di telinga, tidak banyak orang yang tau dirinya bisa bernyanyi bahkan bermain piano.

"Boleh juga suara lo."

Orang itu terkejut dan langsung menoleh begitu mendengar suara orang lain di ruangan ini.

Sial, apakah orang itu sudah dari tadi di sini?

"Sejak kapan lo ada disini?"

"Belum lama sih, tapi gue udah denger suara lo nyanyi tadi," jawabnya tersenyum.

Orang itu mendengus.

"Gue baru tau lo bisa nyanyi, suara lo juga lumayan."

"Dan kayaknya orang-orang juga belum tau kalo lo bisa nyanyi."

Mata orang itu langsung melotot.

"Jangan macem-macem," peringatnya.

"Loh? siapa yang mau macem-macem? gue tuh cuma mau memberi tahu bakat terpendam lo Rey. Bakat kok di sembunyiin."

Orang yang bernyanyi dan bermain piano tadi adalah Rey.  Adira Frey Dariel, laki-laki cuek yang mempunyai bakat di bidang menyanyi itu sangat merahasiakannya dari orang-orang. Bahkan sahabat-sahabatnya pun belum tahu akan hal ini.

"Jangan kasih tau siapa-siapa."

"Kenapa sih? Dimana-mana tuh ya, kalo orang punya bakat mau tunjukin. Ini lo malah mau sembunyiin," heran orang itu.

"Lo berani kasih tau orang-orang, habis lo sama gue," Ucap Rey tajam. Setelah itu ia pergi dari ruang musik, dan hanya menyisakan orang itu disana.

"Galak banget.. padahal cuma bercanda.." desis orang itu lalu ikut keluar dari ruang musik.

🦋🦋🦋

"Alsa, pulang bareng gue yuk?" tawar Arkan membuntuti Alsa.

"Alsa bawa motor sendiri," sahut Arya yang tiba-tiba berada di sampingnya.

"Gue gak ngomong sama lo," sinis Arkan.

"Mendingan gue yang jawab, dari pada nanti lo di sembur sama kata-kata pedes dari Alsa."

Arkan mencebik tak memerdulikan Arya.

"Al, pulang bareng gue gimana?" tanyanya lagi pada Alsa.

Alsa memberhentikan langkahnya, membuat dua laki-laki di belakangnya ikut berhenti.

"Arkan," panggilnya.

Arkan yang mendengar namanya di panggil oleh Alsa langsung sumringan, dengan cepat ia maju kedepan tepat di samping Alsa sambil menatap wajah Alsa yang sama sekali tidak menatapnya.

"Iya Alsa???"

"Telinga lo masih berfungsi?"

Dengan polosnya Arkan mengangguk. "Masih."

"Kalo gitu seharusnya lo denger apa yang di bilang Arya tadi," putus Alsa langsung melangkah pergi meninggalkan dua laki-laki itu.

Arkan menatap punggung Alsa sambil tercengang. Sedangkan Arya melihat Arkan dengan tatapan meledek. "Makanya, jangan jadi perebut cewek orang. Kena karma kan lo."

ARSAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang