12. Bunda Arya

216 31 2
                                    

Sampai di rumah Arya masih memikirkan perkataan Rey. Alsa punya abang? Kalau benar, berarti Arya harus mempersiapkan diri untuk menemui abangnya Alsa.

Namun yang masih menjadi permasalahan adalah perasaan Arya kepada Alsa itu memang benar rasa suka atau hanya rasa penasaran?

Sekarang Arya sedang merasa sangat penasaran siapa laki-laki yang menjadi abangnya Alsa itu. Tadi saat ingin menanyakan lebih jelas, ucapan Arya terpotong karena kedatangan teman-temannya.

Dahi Arya membuat kerutan. "Siap-"

"Weitsss ada apa ini?? Ngobrolnya serius amat, ga ngajak-ngajak gue pula."

Suara itu datang dari Haven yang memotong ucapan Arya dan di belakangnya ada Galang dan Elang yang baru saja sampai.

Rey melirik jam tangannya lalu kembali menatap tiga temannya yang baru datang itu.

"Telat 30 menit."

"Salahin si Galang tuh, siap-siap aja lama banget kayak cewek mau ngedate," celetuk Haven melirik sinis Galang

Galang menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Hehe.. sorry ya."

"Soalnya kan gue harus berpenampilan tampan biar memikat hati ciwi-ciwi." Lanjutnya sambil mengedipkan mata pada salah satu perempuan yang melintas. Membuat perempuan itu salting dengan pipi yang memerah.

"Tuh kan, nggak sia-sia gue dandan lama. Liat aja tuh cewek sampe melting gitu." Ucap Galang pd lalu mengusap rambutnya keatas membentuk jambul anti badai.

"Bacot jamet!" Damprat Arya.

Galang yang mendengar itu melotot tidak terima.

"Lo berisik, mending cabut." Belum sempat Galang berbicara, ucapannya di potong oleh si kulkas dua pintu.

Galang hanya bisa mengerucutkan bibirnya, pasrah.

Arya kembali terkekeh saat mengingat kejadian tadi sore. Setelah kejadian Arya memanggil Galang dengan panggilan 'jamet' Galang menjadi bahan candaan oleh teman-temannya.

Setelah Arya selesai terkekeh, ia merasa dari samping kanan ada yang memerhatikannya. Saat menengok kesamping ia di kejutkan dengan bundanya yang sedang memerhatikannya intens.

"Astaghfirullah!" Kaget Arya hampir terjungkal dari duduknya.

"Kamu sehat kan Ar?" Tanya Nadya sambil memegang keningnya.

"Bundaaaa.. kenapa ngagetin sihhh.." rengek Arya kesal.

"Habisnya bunda kira kamu kesurupan. Lagian ngapain sih malem-malem diluar? Mana sambil ketawa-tawa lagi.."

"Bunda kepo."

Nadya tersenyum kecut, menyebalkan sekali anaknya satu ini. Dengan kesal ia menoyor kepala Arya pelan lalu duduk di bangku samping Arya.

Arya mendengus. "Bunda suka banget noyor kepala Arya, nanti kalo Arya jadi bego gimana?"

Nadya hanya mengedikkan bahu acuh. "Nggak peduli."

Arya menatap bundanya sebal. "Tidak berperikebundaan." Gumamnya kesal.

"Yang ada kamu tuh yang tidak berperikeanakan."

"Terserah bunda aja deh.. perempuan kan selalu benar." Ucap Arya sambil memelankan kata-kata terakhirnya.

"Kata Radit kamu lagi galau, galauin cewek?" Tanya Nadya mengganti topik.

Arya reflek menatap bundanya. Lalu membuang muka, sialan. Dasar adik ga ada akhlak, bisa-bisanya dia bocor ke bunda. Gerutu Arya dalam hati.

ARSAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang