33. Emosi Galang

100 11 0
                                    

Alsa menyenderkan tubuhnya pada dinding Rumah Sakit. Entah mengapa rasanya ia sangat khawatir dengan keadaan Arya. Jantungnya berdebar sangat cepat. Bukan karena jatuh cinta, melainkan karena rasa panik yang sempat melandanya tadi. Tapi Alsa terus berusaha menutupi raut wajah khawatirnya.

Rey yang dapat melihat raut wajah kekhawatiran Alsa akhirnya menghampiri gadis itu. "Tenang aja, Arya udah biasa kayak gini. Dia kuat."

Alsa menoleh. "Siapa juga yang khawatirin dia."

Rey mengangkat alisnya sebelah, lalu terkekeh. "Gue nggak bilang lo lagi khawatirin Arya."

Alsa mengumpat dalam hati. Sial, gue dijebak.

Tak lama setelah itu, teman teman mereka datang dengan bergerombol. Alsa yang bingung langsung menatap Rey. Menaikkan alisnya sebelah.

"Gue yang kabarin mereka."

Alsa mangut-mangut mengerti.

"Gimana keadaan Arya??" Pertanyaan itu keluar dari mulut Elang.

"Masih di cek." jawab Rey.

"Kok bisa si Arya sampe masuk sini sih Al. Emang parah lukanya?" tanya Bila menatap Alsa.

"Gue ceritain kejadiannya."

Alsa akhirnya menceritakan kejadian dari dimana ia dan Rey makan di warung pecel lele dan di telfon Bila. Hingga bagaimana bisa Arya masuk rumah sakit.

Saat menceritakan kejadian itu, seluruh pasang mata dari teman-temannya sangat fokus mendengarkan cerita Alsa. Sampai pada dimana Rey melihat urat-urat leher Galang yang terlihat jelas. Rey sangat tahu, bahwa saat ini Galang pasti sudah terpancing emosinya.

Setelah Alsa menyelesaikan ceritanya, Galang sudah tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Lo gimana sih Al?! Seharusnya lo langsung tolongin Arya begitu lo liat dia di keroyok!!" urat-urat pada leher Galang sangat terlihat, menandakan ia sedang mengeluarkan emosinya.

"Gue bilang, gue belum selesai sama dua orang itu Lang." Alsa mencoba tenang, walaupun sebenarnya ia tidak terima mendapatkan tuduhan dari Galang.

"Tahan emosi Lang!" Rey menahan pundak Galang, dan langsung di tepis olehnya.

"Lo juga!" Dengan berani Galang menunjuk Rey tepat di depan wajahnya.

"Lo itu berantem sama mereka bukan cuma sekali dua kali Rey! Tapi berkali-kali! Cuma lawan dua orang aja lo gabisa kalahin mereka goblok??!!"

"GALANG!" Tegur Bila.

"Lo apa-apaan sih hah? Childish banget. Kan tadi Alsa udah bilang, dia belum selesai lawan dua orang itu."

Galang membalikkan badannya begitu mendengar ucapan Bila. "Childish? Childish lo bilang?? Bil, temen gue bisa mati kalo dia nggak cepet tolongin!!"

Rey yang melihat itu langsung berdiri di samping Bila. "Turunin nada suara lo Galang."

Galang menoleh pada Rey dengan tatapan tajam. "Lo diem! Ini juga gara-gara lo! Sahabat gue bisa sampe masuk rumah sakit, itu juga gara-gara lo!!"

"Sahabat lo itu juga sahabat gue Lang!"

"Rey." tegur Bila memegang lengan Rey. Bila tahu, Rey juga mudah terpancing emosinya jika membahas soal sahabatnya.

Rey memejamkan matanya, mencoba tenang. Elang yang merasa suasananya mulai tidak kondusif akhirnya ikut masuk, mencoba menenangkan Galang. "Lang, udahlah."

Galang terkekeh sinis. "Lo juga ikut ngebela mereka? IYA?!"

"Lang, bukannya kayak gi-"

Galang berdecih memotong ucapan Elang. Matanya menatap teman-temannya satu persatu. "Dan lo semua juga ngebela mereka berdua??"

ARSAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang