"Gue kangen sama sifat nyebelin lo Ron..""Gue nggak akan lupa sama lo. Berkali-kali gue ucapin terimakasih banyak, karena lo mau jadi sahabat gue selama 3 tahun ini."
"Karena cuma lo satu-satunya orang yang mau berteman sama gue saat itu.."
Tepat setelah menyelesaikan kata-kata terakhirnya, sebulir air mata Alsa jatuh. Buru-buru Alsa menghapusnya.
Alsa menghela nafas berat, kenapa sulit sekali mengikhlas kan kepergian Aron?
"Alsa, lo ga boleh terus-terus an kayak gini. Aron udah tenang disana, jangan buat dia tersiksa karena ninggalin lo sampai kayak gini," Alsa menenangkan pikiran dan hatinya sejenak.
Setelah sedikit tenang, matanya kembali melirik kertas yang berisi kata-kata misterius itu.
Tangannya terulur kembali mengambil surat itu. Alsa membaca kata-kata selanjutnya.
"Membuat dia tidak menyadari bahwa orang itu ada di dekatnya."
Dahi Alsa membuat kerutan. "Didekatnya?"
"Maksudnya gimana sih? Ga mungkin kan Aron hidup lagi?" Detik selanjutnya Alsa menampar pipinya pelan.
"Goblok," makinya pada diri sendiri.
"Mana ada orang mati idup lagi."
Alsa berdecak. Entah kata-kata ini yang terlalu sulit di mengerti, atau memang otaknya yang lemot?
Alsa memilih mengabaikan kata-kata itu, jika nanti dia sudah mengerti pasti akan ketemu jawabannya. Pandangannya turun pada tanggal, tempat dan tahun yang ada di bawahnya.
"Bandung, 10 Februari 2019."
Sebentar.. Alsa ingat sesuatu. Bukankah ini tanggal tepat dimana ia dan Aron berada di jembatan itu?
Alsa kembali mengingat-ingat kejadian itu. Dan.. Benar! Ini adalah tempat, tanggal, bulan dan tahun yang sama pada saat Alsa dan Aron berada di atas jembatan itu, sambil melihat pemandangan gunung kembar.
Tapi.. bagaimana orang ini bisa tau semuanya? Bahkan tanggalnya pun sama persis.
Alsa menggaruk pipinya bingung. "Ini orang bikin nambah pikiran aja deh."
"Bisa nggak sih gausah kode-kodean gini? Otak gue tuh udah pusing sama pelajaran, jangan nambah-nambahin kek."
Belum selesai dengan rasa bingungnya, Alsa kembali di buat bingung saat melihat notifikasi telfon dari Arya di ponselnya.
Ya, Alsa akhirnya menyimpan kontak Arya. Itupun karena paksaan dari Arya sendiri tentunya.
"Ngapain nih anak nelfon?"
"Angkat gak ya?"
"Angkat, enggak, angkat, nggak," beo Alsa menimang, sebab sebenarnya Alsa ini tipikal orang yang malas untuk telfonan kalau bukan untuk urusan yang penting.
"Tapi kalo penting gimana?"
Setelah lama berfikir akhirnya Alsa memutuskan untuk mengangkat telfon dari Arya. Tapi belum sempat ia angkat, telfonnya sudah mati.
"Yah.. keburu mati.."
Alsa mengedikkan bahunya acuh, lalu melempar ponselnya ke atas kasur. Memilih untuk mengambil cemilan di bawah. Belum ada 2 langkah Alsa berjalan, ponselnya berbunyi.
Buru-buru Alsa mengecek pesan itu.
Ary
El bantuin gue, gue di kepung. Jalan merpati 7! Bawa anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSAV
Teen Fiction[SEBAGIAN PART SUDAH DI PRIVATE, FOLLOW DULU UNTUK MEMBACA BAGIAN DI PRIVATE!] "Cantik-cantik kok jutek." "Terimakasih atas pujiannya." Alsava Rycca Beatarisha. Panggil saja Alsa. Mempunyai masalalu yang cukup suram membuat seorang Alsa yang dulunya...