26. Terbongkarnya Bila

136 22 2
                                    

"Bukannya tadi lo mau ke sekolah?"

Rey gelagapan. "Oh itu, tadi gue mendadak males. Jadi gue ga jadi ke sekolah," jawab nya tersenyum kaku membuat Alsa semakin memperhatikan gelagatnya.

Alsa mengangguk-ngagguk mengiyakan saja.

"Lo kenapa berhenti disini?" tanya Rey penasaran menatap Alsa.

Alsa menoleh pada Rey. "Kepo."

Setelah mengatakan itu Alsa kembali menaiki motornya, menyalakan mesin motornya. Setelah itu Alsa menyalakan mesin motornya.

"Gue cabut. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam.."

Rey masih memperhatikan Alsa dari jauh sampai Alsa menghilang di belokan. Rey melirik ke arah telapak tangan yang sedari tadi ia kepal. Rey membukanya perlahan, ia tersenyum miring begitu melihat ada sebutir obat di tangannya.

"Gue harus cek."

🦋🦋🦋

Sesampainya di rumah Alsa buru-buru masuk kedalam kamarnya tanpa mendengarkan panggilan dari bibi.

Brak!

Alsa menutup pintu kamarnya buru-buru sehingga menimbulkan bunyi yang cukup besar. Dengan cepat Alsa membuka tasnya mencari kantong plastik tadi.

Alsa tersenyum lega begitu mendapatkan kantong plastik berisi benda tajam itu. Alsa mengambil sapu tangannya lalu mengambil benda itu perlahan. Namun sebelum benda itu benar-benar ia pegang, Alsa melirik pintunya.

Alsa berdiri lalu tangannya meraih kunci kamarnya, lalu memutar kunci itu agar pintu kamarnya terkunci. Berjaga-jaga agar tidak ada yang memasuki kamarnya secara mendadak.

Alsa kemudian kembali memakai sapu tangan itu untuk mengambil benda itu. Gunanya agar sidik jarinya tidak berada pada pisau itu.

Alsa diam begitu melihat bercak darah yang benar-benar sudah mengering di sana. Darah siapa ini? Darah manusia? atau hewan?

Alsa mendekatkan benda itu ke dekat hidungnya. Satu detik, dua detik, lalu sampai di detik ketiga Alsa menjauhkan benda itu dari indra penciumannya. Alsa menggeleng, tidak. Ini bukan darah hewan, baunya sangat amis dan menyengat. Ini pasti darah manusia.

Tapi darah siapa? Dan kenapa darah itu bisa ada di benda tajam ini?

Tatapan Alsa yang awalnya menatap benda itu beralih menatap depan. "Papah bunuh orang?"

Alsa menggeleng. "Nggak, nggak mungkin papah bunuh orang."

Sedetik kemudian Alsa mengangguk kecil. "Nggak ada yang nggak mungkin buat papah, anaknya aja di pukul. Gimana orang lain?"

Alsa menghela nafas panjang. Sekarang kepalanya menjadi penuh lagi dengan pertanyaan bercabang.

Ting!

Alsa menoleh pada ponselnya yang ia letakkan di atas karpet bulu di sampingnya. Alsa menyirit begitu melihat notifikasi dari Bila. Dengan cepat Alsa mengambil ponselnya lalu membuka pesan chat dari Bila.

Bila

Oke Al, gue otw sekarang.

Melihat pesan itu Alsa langsung buru-buru mengambil kembali jaketnya tanpa mengganti seragam sekolahnya dulu.

Alsa merapihkan benda itu lalu ia taruh di kotak yang berada di atas lemari pakaian yang tinggi dan ia tutupi dengan barang-barang lainnya agar tidak terlihat.

Setelah di pastikan kotak itu tidak terlihat, Alsa mengambil kunci motor lalu bergegas keluar dari kamarnya untuk pergi menemui Bila.

Disisi lain, Bila menghela nafas begitu membalas pesan chat dari Alsa. Yasmin yang melihat itu bingung sendiri.

ARSAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang