18. Arya meleyot

126 20 0
                                    

"Gimana kalo kita cari tahu tentang kehidupan Alsa bareng-bareng?"

"Maksud lo gimana?" bingung Galang.

Elang memperbaiki posisi duduknya. "Jadi gini, kita berusaha buat cari tahu tentang kehidupan Alsa lebih dalam. Karena sebenernya gue juga sedikit penasaran sama hidup tuh cewek."

"Gue nggak setuju," tahan Rey.

"Kalian nggak boleh ganggu privasi orang kayak gitu."

"Yaelah Rey, cari tahu sedikit mah nggak papa lah," Jawab Galang santai.

"Tapi gue setuju sama Rey, urusan kehidupan Alsa, ya biarin jadi urusan dia. Kita nggak perlu ikut campur apa lagi nyoba cari tahu sana-sini," Sahut Haven sekaligus memberi nasihat.

"Kita ini siapa sih emang? Kita aja belum tentu di anggap temen sama Alsa, kalian kan tau si Alsa anaknya misterius gitu."

Arya mengangguk membenarkan. "Gue setuju sama Rey dan Haven. Kita juga nggak terlalu dekat sama Alsa. Itu juga ngeganggu privasi orang lain, dan gue yakin kalo Alsa tau ini juga pasti dia akan risih."

Elang dan Galang terpaksa menyetujui hal itu, dan memutusakan untuk tidak mencari tahu tentang kehidupan Alsa. Tiga lawan dua tentu saja kalah suara.

"Alsa ke lo gimana?" Rey mengganti topik.

"Ya gitu-gitu aja.. Kayaknya cinta gue masih bertepuk sebelah tangan," jawab Arya sok dramatis.

Galang menoyor kepala Arya keras. "Gak usah alay setan!"

"Lo ga liat siapa yang lo toyor?" sinis Arya. Di balas cengiran oleh Elang.

Rey tersenyum menggeleng geleng kepalanya. Tangannya merogoh kantong dan mengeluarkan cermin kecil. Rey menyodorkan cermin itu di depan wajah Elang. "Ngaca."

Singkat, padat, dan menusuk. Rey mengucucapkan itu dengan santai lalu melenggang pergi tanpa mengucapkan apapun lagi.  Elang pun semakin jadi, ia memegang dadanya dramatis seolah-olah kesakitan. "Sakit banget dada gue Rey."

Yang lain semakin di buat tertawa melihat ke absurd an Elang.

🦋🦋🦋

"Al, bokap nyokap lo emang kemana? Kok jam segini belum balik?" Tanya Yasmin penasaran.

Alsa yang awalnya sedang tertawa bersama Bila mendadak diam. Matanya melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 08.30 malam. Sejak sore tadi teman-temannya belum pulang, karena menghabiskan waktu bersama dengannya.

Dan Alsa pun tidak menyadari bahwa sekarang sudah cukup larut.

Alsa menggeleng sebagai jawaban. "Lembur mungkin."

Yasmin pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Lalu ia kembali memainkan ponselnya.

"Eh balik yuk, udah jam segini nanti di carii bokap nyokap," Ajak Gretha dan di setujui oleh Bila dan Yasmin.

"Ayuk deh, gue takut nyokap ngamuk nanti."

Bila mengangguk. "Kalo gitu gue sama yang lain pamit pulang dulu ya al, makasih tumpangan rumahnya," pamitnya pada Alsa.

Alsa tersenyum manis. " Sama sama, santai aja kali. Lain kali main di rumah gue lagi ya."

Belum sempat Gretha membuka suaranya, Yasmin sudah duluan menyahut. "Oh tenang aja Al, gue pasti dateng lagi ke rumah lo kok, bahkan tanpa lo suruh." cengirnya.

Gretha dengan gemas memiting leher Yasmin. "Malu maluin lo anjir!"

Gretha menatap Alsa.

"Hehe maaf ya Al, gue pamit pulang dulu. Assalamualaikum," pamitnya pada Alsa.

ARSAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang