11. Keluarga Alsa?

227 32 3
                                    

Bukankah hidup akan terus dipenuhi dengan kepura-puraan?
-Alsava Rycca Beatarisha

Sekarang Alsa sedang berjalan jalan di komplek sambil menaiki skateboardnya, dan di tangannya berisi sebuah gelas kopi yang ia beli tadi di supermarket. Alsa tidak melewati jalan tikus lagi, alasannya karena malas bertemu pemuda itu lagi. Ya walaupun Alsa yakin suatu saat ia pasti akan bertemu orang itu lagi.

Saat sedang asik menatap orang berlalu lalang, Alsa di kejutkan dengan dua tangan yang memegang pundaknya. Saat Alsa menoleh ia mendapatkan Bila yang sedang cengar cengir menatapnya.

"Gue kira lo mau langsung reflek kayak yang di ceritain Arya kemaren. Gue udah siap-siap menghindar loh ini," ucap Bila sambil mengangkat kedua tangannya.

Alsaa tersenyum. "Sekarang gue udah nggak mau main reflek kayak kemaren lagi. Masa iya setiap ada yang nepuk pundak gue langsung keseleo?" ucap Alsa terkekeh.

Bila ikut terkekeh. "Bener, gue aja sampe ragu-ragu tadi pas mau nepuk pundak lo."

"Santai aja, udah nggak gitu lagi kok gue."

"By the way, lo kok bisa ada disini? Rumah lo daerah disini juga?"

"H-hah? O-oh, enggak kok. Kebetulan aja lewat sini, tadi abis dari rumah temen gue," Alibi Bila.

Alis Alsa sedikit mengerut, matanya mencoba menatap mata Bila yang justru terlihat jelas tidak tenang. Mata Bila sedari tadi terlihat menghindar dari tatapan Alsa.

"Oh.. gitu," balas Alsa sedikit tidak percaya.

"Eh iya, rumah lo ada di daerah sini?"

Alsa mengangguk.

"Boleh nggak gue main kerumah lo?" tanya Bila semangat.

Alsa berfikir sejenak, sekarang hari minggu. Namun papah mamahnya tetap tidak ada dirumah. Jika mengajak Bila untuk main kerumahnya tidak masalah bukan?

"Gimana?" tanya Bila lagi.

"Boleh."

"Yess! Okey, let's goo!" seru Bila lalu menarik tangan Alsa.

🦋🦋🦋

"Lo duduk aja dulu, gue ambil minuman sebentar."

Ucap Alsa lalu berjalan kedalam untuk mengembil air minum.

Mata Bila melihat sekeliling rumah Alsa. Tidak ada foto keluarga, tidak ada foto Alsa, dan tidak ada foto orang tua Alsa. Namun hanya ada bingkai-bingkai yang berisi penghargaan bisnis orang tuanya Alsa.

Bila menyirit. Apakah dugaannya selama ini benar?

Tak lama setelah itu, Alsa datang dengan membawa nampan berisi minuman dan sedikit cemilan.

"Ngobrol di kamar gue aja gimana?" Tanya Alsa menatap Bila yang masih sibuk melihat sekeliling rumahnya.

"Hah?" Bila sedikit terkejut.

"Oh, boleh."

Alsa mengangguk lalu berjalan ke arah tangga. Namun merasa di belakangnya tidak ada orang membuat Alsa menghentikan langkahnya. Alsa membalikkan badannya, melihat Bila yang masih tidak bergeming di sofa ruang tamu.

"Woi bil? Ayok, ngelamun mulu. Kesambet lo!"

"Eh? Iya ayok."

Perlahan tapi pasti kedua gadis cantik itu menaiki tangga sambil sesekali bercanda. Saat sampai di atas Alsa langsung membuka pintu kamarnya. Mata Bila di sambut dengan kamar yang berwarna campuran putih, abu-abu, dan hitam.

ARSAVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang