Prolog

572 23 14
                                    

   Bangunan sekolah yang megah dengan tujuh tingkat menjulang tinggi. Di depan bangunan seperti menara ada sebuah tulisan "SMK Dirga Jaya" semua murid beraktivitas seperti biasa di jam istirahat. Di kelas masih ramai suara bising murid-murid yang tengah mengobrol dan melemparkan guyonan garing.

  Aku bangkit berdiri ingin sekali pergi ke kantin. Menatap tabel-tabel akuntansi membuatku pusing kepala karena lagi-lagi, aku tidak menemukan balance lagi. Padahal aku sudah mencoba ku teliti lagi nyatanya hasilnya, tidak sama.

   Jadi untuk menghilangkan rasa depresi yang menyerang pikiranku. Aku keluar kelas sembari memasang headseet yang sudah ku kalung-kan di leher, menekan ponsel memilih lagu yang membuat pikiranku rileks dan lanjut berjalan. Enak-enakkan mendengarkan lagu tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrakku saat ingin berbelok membuatku jatuh terduduk serta headseetku jatuh.

"Sorry! Nggak sengaja!" ucapnya terus ia lari begitu saja tanpa membantuku berdiri. Aku menoleh melihat punggungnya, "woi! Bantuin malah ditinggal gitu aja!" protesku tetapi teriakan itu percuma saja, ia tidak mendengarkanku.

  Aku bangkit berdiri dan mengambil headseet menuju ke kantin dalam mode badmood. Sampai di kantin yang ramai, wajahku masih kesal dan menekuk atas kejadian barusan. Seorang pemuda yang tidak sengaja menabrakku tanpa membantu.

"Huh! Kata maaf saja, tidak cukup!" gerutuku kesal.

"Sheria!" panggil seorang gadis yang melambaikan tangan ke arahku. Aku langsung duduk di hadapan Ika masih dengan wajah cemberut.

  Ika yang melihatku secara jelas mimik wajahku tidak seperti biasanya, angkat bicara," hei! Apa yang terjadi padamu? Kau tidak terlihat seperti biasanya." tanya Ika baik-baik.

"Bagaimana bisa aku tidak kesal dan wajahku cemberut? Ada seseorang yang menabrakku terus aku nggak ditolongin, cuman kata maaf doang." gerutu kesal menjelaskan ke Ika. Aku membuang muka dan melipat kedua tangan, masih kesal.

"Yang menabrakmu cowok?" tanya Ika padaku.

"Hooh. Kau tahu, Ika. Dia langsung pergi gitu saja kayak sampah tahu nggak! Rasanya aku ingin mengumpat." cerocosku membuat Ika setengah takut mendengar omelanku yang tidak bisa direm itu.

  Lalu seorang gadis cantik rambut panjang datang menuju meja kami berdua dengan nampan berisikan es teh dan juga baso. Ika sangat senang bisa menikmati makanan yang ditunggunya datang. Gadis itu bernama Salsa, anak marketing sedangkan Ika adalah anak multimedia. Berbeda jurusan tapi tali persahabatan masih terjalin baik sekali walau kami bertiga bertemu saat di kantin atau saat pulang sekolah.

"Eh ada apa dengan wajahmu? Sheira?" tanya Salsa yang menyadari kalau wajahku sedang badmood.

"Dia tadi ditabrak sama cowok terus cowoknya cuman minta maaf langsung pergi gitu aja. Tanpa bantu berdiri jadi Sheira kesal." jelas singkat Ika sembari memasukkan pentol ke dalam mulut yang terbuka lebar.

   Salsa mengambil sambal lalu dituangkan ke mangkok basonya. "Siapa cowok yang menabrakmu?" tanya Salsa.

"Entahlah, aku sendiri tidak tahu siapa dia? Aku cuman lihat punggungnya saja pas nyelonong pergi. Nggak sempat lihat wajahnya." jelasku memasang kembali headseet dan menyetel kembali lagu kesukaanku.

"Aku harap. Bukan Alan, karena ia selalu aja nabrak orang pas belokkan menuju kantin." kata Salsa melahap basonya. Ika yang menikmati baso jadi tersedak.

"Huk...huk..huk."

  Sedangkan headseetku langsung jatuh dan berkalung kembali ke leher. Mata ini melebar tidak percaya, mendengar kalau cowok yang tadi menabrakku adalah Alan, adik kelas. Aku menoleh ke Salsa masih shock.

"Kau serius?"

"Iya, aku serius. Dia selalu aja gitu. Nggak tahu kenapa? Dia sepertinya punya masalah jadi selalu aja begitu, setiap hari." jawab Salsa menceritakan kisah Alan yang seperti orang dikejar sesuatu.

  Kalau aku amati tadi, ia buru-buru banget seperti dikejar sesuatu begitu. Menurutku ini sangat aneh sekali. Padahal di belakang cowok itu, tidak ada apapun.

-Sekolah Sihir-

  Sepulang sekolah aku segera memasukkan buku-buku yang super berat ke dalam tasku. Semua teman-teman udah keburu pulang sampai meninggalkanku seorang diri di dalam kelas. Bisa dibilang aku di dalam kelas sendiri, Akuntansi 3—tidak pernah bicara denganku, mengajak ngobrol aja cuman bentar. Hanya teman depan bangkuku saja yang mengajakku ngobrol dan membantuku memecahkan akuntansi untuk menemukan balance.

Aku sering kepikiran banget tentang masalah akuntansiku setelah mau tiga tahun di sekolah terbaik, SMK Dirga Jaya. Sekolah terfavorit nomor dua setelah SMK Smart. Nah, yang pasti anak masuk sekolah ini, pintar-pintar. Namun, kenyataannya tidak seperti realita banget.

Miris.

Aku bodoh dalam jurusanku sendiri sebagai anak akuntansi.

  Menemukan balance aja, tidak bisa serta keseringan banget tuh angka "0" sering hilang. Kesalahan satu aja, udah pusing kepala Sheria. Belum lagi gara-gara emosi memuncak dan kesalahan akan tercipta lagi. Sengsara bukan, anak akuntansi kalau salah satu rombak laporan dari awal.

Setuju bukan? Anak akuntansi?

  Setiap hari selasa dan kamis diriku rasanya sudah memikul banyak beban. Pertama, beban dosa, kedua, beban buku materi dan buku besar akuntansi, ketiga beban orang tua.

Aku tidak menyangka, hidupku penuh beban.

Di dunia kesendirianku ketika mendengarkan lagu sambil bengong melihat luar jendela kamar. Hati paling dalam selalu aja berpikir, pikiranku selalu saja stress dan depresi. Jadi aku selalu menyalakan diriku sendiri dalam kesendirian berbanding terbalik saat di sekolah bareng teman, kerjaannya mesam-mesem nggak jelas dan keseringan fangirling jika kumat.

"Sheira!" panggil Ika dan Salsa berbarengan membuatku yang sibuk dalam pikiran sendiri seketika buyar. Menoleh kebelakang ada Ika dan Salsa.

"Ikut aku! Ke perpustakaan yuk! Mau pinjam buku di sana!" ajak Salsa ku balas anggukan.

"Yuk!"

Salsa adalah gadis cantik dan suka banget membaca buku lebih tepatnya buku novel. Aku juga seperti itu, suka banget baca buku novel daripada buku materi. Tapi aku berusaha untuk membaca dua-duanya. Kami bertiga tengah memilah buku di deretan "kumpulan novel romance". Pustakawan masih beres-beres sembari menunggu kami selesai memilah buku.

  Aku berjalan di buku fantasi dan adventure dimana genre kesukaanku banget, baik novel maupun film. Apalagi ada genre aksinya, itu sangat membuatku gila. Melihat beberapa deretan buku, arah pandang-ku melihat ada buku yang mengintip di sana. Membuatku penasaran untuk melihat lebih jelas buku itu, tangan ini mencoba meraih buku tersebut dan saat aku menarik buku itu.

Rak buku tersebut terbuka lebar dan dibalik rak tersebut ada ruangan hitam lebam. Ika dan Salsa yang melihat itu berdecak kagum melihat ada ruangan rahasia di dalam perpustakaan.

"Wah! Ruangan rahasia. Sulit dipercaya." kata Salsa.

"Aku jadi ingin masuk ke dalam sana." kata Ika ingin masuk ke dalam ruangan rahasia misterius itu.

"Jangan!" ucapku dan Salsa kompak. Kami saling beradu tatap sebentar.

"Jangan masuk! Nanti kalau kenapa-napa gimana?" ucapku lagi menarik lengan Ika agar menjauh dari sana.

-Sekolah Sihir-

Bersambung...

A/n

Yo, selamat datang di buku baruku "Sekolah Sihir" Semoga suka ya, sama ceritanya hehe, sambil nunggu satu buku yang mau update tanggal 20, "Black Hawk". Aku author fatmawatimaulidya pamit undur diri dan bisa bertemu lagi ke depannya... See you 🐱

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang