21. Tidak Mendapatkan Kelas!

36 8 0
                                    

  Kami semua melihat Ika yang masih belum bisa memilih salah satu element dari kelima element yang ada di depannya. Ika memegang dagu dan melirik ke Pak James, berkata, "aku tidak bisa memilih pak. Soalnya aku tidak tahu, kemampuan sihir ku ada dimana?" kata Ika merasa sedih.

Pak James hanya bisa tersenyum dan beliau sama sekali tidak keberatan untuk membantu Ika memilih jurusan sihir dengan menggunakan kelima element tersebut. Pria tersebut mengangkat tongkatnya dan mengarahkan ke arah lima elements itu. Aku berdecak kagum melihat kelima elements terangkat ke atas berjajar lalu memutar di atas kepala Ika.

"Jika ada salah satu elements yang memutar di tubuhmu berarti itu kelas jurusan mu, Ika." kata Pak James dibalas anggukkan mantap dari gadis itu.

Alan berjalan mendekat dan berdiri di sampingku yang sebelumnya ia berdiri di belakangku, menyandar. Aku hanya mendengus sebal dan memilih fokus ke Ika, bukan ke Alan.

"Jadi teringat awal aku memilih kelas sihir dulu." Celetuk Alan membuat arah pandang ku beralih ke pemuda menyebalkan ini.

"Mana aku peduli tentang itu?" Jawabku sinis. Salsa yang ada di samping kananku hanya bisa menggeleng melihat aku dan Alan tidak bisa akrab, musuhan terus.

"Memangnya pemilihan sihir dulu, seperti apa Lan?" tanya Salsa membuka topik pembicaraan sedangkan aku lebih baik diam di tengah-tengah mereka berdua.

Alan menoleh ke Salsa. "Aku dulu harus bertarung dengan senior dan yah, aku sama sekali belum belajar ilmu sihir. Pak James langsung memberikanku tongkat sihir dan melawan senior." Ceritanya singkat. Aku hanya memasang wajah datar.

Namun, dalam hati ini berkata, 'seram sekali anjir. Kalau aku disuruh perang sihir seperti Alan. Mungkin, kayak kejadian di koridor waktu itu. Musuhnya seketika lenyap. Tapi sadar, Mas Edward yang menolongku dari bad girl sialan, tiba-tiba nyerang Ika gitu aja sampai pingsan'.

"Saat itu SMK Dirga Jaya ada pertandingan adu sihir. Jadi mau tidak mau, aku yang masuk saat hari besar tersebut. Aku ikut serta." kata Alan lagi.

"Lalu apa yang terjadi setelahnya?" kata Salsa masih kepo dengan jalan cerita Alan masuk ke dalam sini.

"Aku mendapatkan kelas sihir unknown langsung dan saksi mata seluruh sekolah ini langsung bersorak ria. Maka dari itu, aku dijuluki sihir hebat sama yang lain." jawab Alan tersenyum sumringah. Aku yang berdiri di tengah-tengah hanya menjadi pendengar setia dalam pembicaraan Alan dan Salsa.

"Ekhm, ekhm. Jangan sombong, kau bisa dijuluki penyihir hebat." kataku datar.

"Aku nggak sombong, mbak. Cuman memberitahu Mbak Salsa." kata Alan. Salsa hanya bisa tersenyum dan menyuruhku pindah posisi.

"Biar aku bersebelahan sama Alan, kamu di sebelahku atau kamu bersebelahan sama Brodie. Dia sendirian." kata Salsa menunjuk Brodie yang memang sendirian. Pemuda itu hanya tersenyum ke arahku dan aku juga membalas senyumannya.

Aku ama Brodie masih canggung, batinku melihat kembali ke Ika.

Kelima elements sihir masih berputar di atas kepala Ika lalu tidak lama kemudian, penantian kami semua akhirnya muncul dan membuat semua terkejut bukan main.  Ika yang melihat elements yang memutari tubuhnya, tidak percaya.

"Tidak mungkin!" ucapnya tidak percaya melihat elements utama dan terkuat berada di tubuhnya.

Semua satu kelas yang berkumpul di sini tidak terima dan tidak mungkin anak baru seperti Ika, bisa menggunakan sihir paling kuat serta memiliki tingkat misterius. Salah satu dari mereka tidak terima dan berdiri memprotes ke Pak James bahwa membiarkan sihir pemilihan elements tanpa ada ilmu sihir sama sekali.

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang