Ketika aku selesai ke toilet tiba-tiba para murid berbondong-bondong pergi menuju ke gerbang sekolah. Aku yang melihat mereka yang terburu-buru hanya mengerutkan kening, heran.
Tumben sekali mereka semua kayak gitu?—batinku.
Aku berjalan mengikuti mereka yang pergi kesana, ku tak mau ambil pusing dan pakai turun-turun tangga karena toilet yang ku tuju di lantai dua jadi aku melihat dari atas dan menatap ke gerbang sekolah. Gerbang yang seharusnya menjadi tujuan utamaku datang di Mirror SMK Dirga Jaya. Namun, tujuan ku ini hanyalah akan menjadi bayangan saja.
Just dreame and will only dreame forever.
Jika kejadian semalam tidak terjadi. Mungkin, aku, Salsa dan Ika akan sampai di gerbang sekolah lalu mengecek. Apakah diluar sana seperti apa yang aku bayangkan mengingat sekolah ini memiliki bangunan yang sama seperti sekolahku yang asli.
Benar-benar mirror, bukan?
Aku melihat ada dua orang, pemuda dan seorang gadis yang menurutku penampilannya sedikit tomboi. Tidak, bukan tomboi seperti gadis tomboi lainnya—aura dari gadis itu berbeda sekali dengan penyihir kebanyakan dan dia cantik jelita. Mengingatkanku pada ucapannya Pak James tadi saat di kelas tentang seorang gadis yang memiliki kekuatan berbeda sama seperti Leo.
"Bukankah itu yang dimaksud oleh Pak James tadi?" Monolog ku pada diri sendiri.
Pendengaranku mendengar orang-orang tengah membicarakan mereka berdua. "Siapa dia? Aku sama sekali tidak pernah melihat gadis yang bersebelahan dengan Yudistira."
"Apakah ia adalah penyihir senior disini? Atau hal lainnya."
"Entahlah, bisa jadi bukan? Gadis yang disebelah Mas Yudistira itu, anak baru yang disuruh pergi oleh Pak James gegara ia tidak memiliki kekuatan."
"Eh kau tau tidak? Disebelah mu itu. Dia tidak memiliki sihir dan kelas apapun." Dengan segera aku mengalihkan perhatianku kembali ke depan. Yang tadi aku memerhatikan mereka berdua, tatapannya lebih memilih ke arahku daripada Kedua orang di bawah yang sukses membuat semua murid kepo.
Tanganku sudah mengepal kuat, rasanya ingin sekali menghantam wajah mereka berdua yang telah mengolok-olokku. Ku lirik mereka lagi yang asik menggosip sesekali tertawa kecil. Hatiku sudah panas dingin. Daripada emosiku meledak dan terkena masalah dengan guru konseling sihir. Lebih baik aku kembali ke Salsa dan Ika, walau aku bakal ketemu Alan lagi.
Sebelum pergi, aku menitipkan salam dengan para penggosip itu. "Awas aja! Kalau kalian berdua berani berbicara tentangku. Suatu saat kalian akan bungkam, liat aja." Ucapku memberikan pesan pada mereka.
Saling beradu pandang lalu menatapku tertawa renyah. Mereka pikir, aku ngelucu begitu? Bagus sekali—batinku.
"Pede banget lo! Kau itu tidak memiliki sihir, udah deh jangan harap bertahan disini. Kalau bisa, kau keluar sekolah untuk mencari sihirmu." Kata gadis satu merendahkan diriku sehingga aku hanya membalas senyuman tipis kearahnya.
"Kau benar, Cintya. Kau mana mungkin bisa menggunakan sihir. Kelas umum aja, tidak ada element yang memilihmu. Payah sekali!" Ucapnya lalu mentertawakan diriku. Aku yang emosiku hampir meledak segera ku tahan. Dan jariku terangkat tepat di depan matanya membuat ia berdiri mendelik melihat jariku tepat di depan matanya, jika jariku mengarah ke arahnya maka aku tidak segan-segan mencolok matanya.
Mataku melotot ke arahnya. "Tolong pegang kata-kataku! Orang yang kau puji belum tentu dia hebat dari orang yang kau sering olok-olok. Lihat aja dan coba buktikan kalau omonganku benar. Jika omonganku salah besar. Jangan pernah panggil Sheira Fatmawati." Ucapku penuh penekanan setiap kalimat karena aku sudah geregetan dengan orang yang suka menyepelekan orang lain, sebelah mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Sihir [S1-End]
FantasiaDi Update: 11-08-2021] The End: [06-02-2022] {Season 1: Sekolah Sihir Season 2: - } Aku tidak sengaja menemukan ruangan misterius yang berada di dalam ruangan perpustakaan. Salsa tidak percaya kalau ada ruangan misterius di dalam perpustakaan. Ka...