01. Rasa Suka

234 17 13
                                    

"Apa kalian bertiga udah selesai memilih bukunya?" tanya pustakawan itu. Kami bertiga menoleh ke belakang memastikan kalau pustakawan tersebut tidak melihat kalau di dalam perpustakaan ini, ada pintu rahasia.

  Aku segera mengembalikan buku yang ku genggam, kembali ke tempat sebelumnya, judul buku tersebut adalah "Petualangan Sihir". Dirasa sudah selesai, pintu itu kembali tertutup membuatku menghela nafas panjang merasa lega begitupun Salsa dan Ika.

  Pustakawan bernama Bu Rara menyuruh kami bertiga mengisi daftar list simpan pinjam di buku besar. Ika segera mengambil pena untuk mengisi nama, kode, judul buku dan tidak lupa tanda tangan di kolom pinjam. Lalu giliran Salsa mengisi list tersebut sedangkan aku sama sekali tidak meminjam buku apapun. Ingin rasanya meminjam buku di salah satu rak fantasi dan adventure. Sayangnya, buku itu sepertinya kunci pintu rahasia.

Aku ingin sekali, meminjam buku "Petualangan Sihir" andai aku bisa meminjamnya.

  Bu Rara mengamati kami bertiga membuat lengkungan pipi saat tersenyum sumringah, terlihat jelas. Bola mata cokelat yang indah tersebut menatap kami bertiga bergantian. Beliau sudah lama menjadi seorang pustakawan di sekolah SMK Dirga Jaya, sekitar 34 tahun. Setiap aku, Ika dan Salsa menuju ke perpustakaan untuk meminjam atau mengembalikan buku. Di selah-selah kami asik mencari buku untuk dibaca, Bu Rara sering kali bercerita dan berbicara tentang "kurang minatnya membaca".

Aku rasa itu benar sekali. Dari 80% murid di SMK Dirga Jaya—sama sekali tidak pernah melihat ada murid yang duduk di meja perpustakaan ketika istirahat. Yang sering ke perpustakaan setahuku cuman kami bertiga, udah langganan perpustakaan kalau melihat dari isi list perpustakaan, sangat minim.

"Apa cuman kami saja? Yang sering pergi ke perpustakaan?" tanya Salsa menatap wanita paruh baya berambut keriting hitam lebam itu. Kacamata minus bulat selalu bertengger di hidungnya. Jika dilepas kacamata itu akan menggantung di leher sebab ada rantai kecil berwarna silver di kanan-kiri kacamata itu.

Meski Bu Rara sudah berumur 48 tahun dan ada sedikit kerutan di sekitar area mata. Bisa dibilang, Bu Rara ini awet muda karena wajah beliau masih terlihat segar. Bu Rara tersenyum mendengar pertanyaan Salsa.

"Tidak. Ada seorang pemuda yang sering datang kesini. Dia sangat menyukai cerita fantasi. Kalau tidak salah, namanya Alan Evander." jawab Bu Rara tersenyum membuat Ika tidak sengaja menjatuhkan buku di genggamannya.

Buk!

"Eh? Jatuh!" ucap Ika menutup mulutnya lalu ia segera memungut buku tersebut.

Aku yang ada di sebelahnya tersenyum penuh arti. "Kau ini kenapa Ka? Setiap mendengar nama Alan selalu aja begitu." kataku berkacak pinggang melihat gadis di sampingku ini.

"Memangnya Ika kenapa? Kalau setiap mendengar nama Alan?" tanya Salsa penasaran, melirik Ika yang senyum-senyum lalu separuh wajahnya ditutup dengan buku novel.

"Hayo! Ada apa nih?" godaku sedikit menyenggol lengan Ika.

"Apaan sih!" balas Ika tersipu malu.

"Perasaan cinta yang timbul memang sudah wajar. Apa kalian bertiga tidak pernah jatuh cinta sama laki-laki idaman?" tiba-tiba Bu Rara bertanya demikian. Membuat kami bertiga seketika terdiam menatap Bu Rara terkejut.

Salsa tertawa kecil dan berkata,"anu... kita bertiga sama sekali tidak pernah memikirkan hal itu. Jadi kita cuman bisa menjadi pengagum saja."

"Iya, pengagum rahasia begitu." sahutku tersenyum.

"Oh. Kalau masa muda, ibu. Saya yang  mengirimkan surat cinta duluan di dalam benda kesukaan dia." kata Bu Rara membuat mata kami bertiga terbelalak.

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang