15. Merpati Hitam

41 8 10
                                    

Aku bergegas pergi ke sekolah pukul 8 malam, tangan dan kaki ini terus meraih barang seraya berjalan mondar-mandir ke lemari. Sudah ada tiga baju di atas kasur, aku bingung harus memilih pakaian yang mana.

Ah, tidak biasanya aku melakukan ini.

Tanganku memegang dagu, berpikir. Ekor mata bergerak ke kanan kiri melihat satu persatu baju setelan tersebut, sudah menemukan pakaian yang cocok.
  
  Segera menyambar pakaian kaos berlengan panjang bergambar Mickey Mouse berwarna merah, celana aladin berwarna hitam serta memakai sepatu sandal berwarna cokelat. Rambutku, ku ikat pinggir di tambah pita berwarna merah agar serasi dengan pakaianku. Agak berlebihan sih, cuman aku lagi mood dandan.

Mungkin, aku senang banget bisa kembali ke kembaran Sekolah SMK Dirga Jaya, Sekolah Sihir yang tidak sengaja aku dan kedua temanku kunjungi. Di sana begitu banyak orang-orang aneh atau nasibku aja, yang selalu kena orang-orang aneh. Tas selempang berwana hitam bergambar anime Attack on Titan ku kenakan, di sana aku letakkan ponsel serta dompet yang isinya tinggal dua puluh ribu rupiah.

Ah, miris sekali duitku, keluhku dalam hati.

  Langkah kedua kakiku keluar dari kamar dan segera ke pintu utama pergi ke sekolah pada malam hari. Ini seperti ingin uji nyali di sekolahan, ketika aku ingin memegang kenop pintu. Tanganku terhenti dan menggenggam, kepala menoleh melihat ke belakang dengan perasaan sedikit takut.

"Sheira! Kau ingin pergi ke mana?" tanya Mas Dicky. Aku hanya bisa tersenyum tipis dan bingung harus mencari alasan apa untuk sampai ke sekolah hari ini.

"Eehmm. A-aku...a-aku ingin pergi ke rumah teman, ada tugasku yang ketinggalan di sana dan temanku nggak sempat ngantar ke sini. Jadi aku mau nggak mau harus pergi ke sana." ucapku sedikit gugup dan berdusta ke Mas Dicky.

Pemuda tinggi tersebut mengerutkan kening, menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak percaya dengan apa yang ku katakan? Membuat tanganku ini, memainkan jari agar tidak gugup banget dan bisa lolos. Mas Dicky menatapku lekat dan seksama ia membuatku heran karena ia melihatku begitu.

Seulas senyum terukir jelas di sudut bibir Mas Dicky membuat senyuman manisnya terukir dan lesung pipinya terlihat. "Kau malam ini cantik banget. Jadi kau harus hati-hati pergi ke rumah temanmu." ucapnya memberikanku kebebasan, ia memegang kepalaku sejenak lalu pergi ke dalam. Aku berdiri mematung melihat kelakuan manis Mas Dicky.

Aku kira, ia mencurigai ku dan bertanya-tanya layaknya jurnalis sampai ke akar, ternyata tidak? —batinku.

  Menghela nafas panjang dan kembali membuka pintu. Suara pintu terbuka terdengar begitu jelas dan seulas senyum senang terukir jelas di sudut bibirku. Ketika aku membuka lebar pintu rumah, mata ini terbelalak kaget melihat pemuda sialan datang ke rumahku.

"ALAN! WHAT ARE YOU DOING HERE!" pekikku tidak biasa. Ia malah tersenyum ke arahku.

"Aku mau jemput, Mbak Sheira, hehehe." jawabnya cengengesan.

   Sepeda motor melaju kencang menerobos jalanan yang masih ramai oleh kendaraan. Begitu banyak truck berlalu lalang di jam malam seperti ini untuk mengambil barang ke pabrik. Aku hanya diam di boncengan Alan, mendengus sebal dan bertanya-tanya dalam pikiranku, alasan kenapa ia menjemputku?

Dia nggak modus kan? —batinku melihat ke spion sepeda motor.

  Angin malam mulai berhembus kencang, helaian rambut bertegangan dimainkan oleh angin. Aku membenarkan poniku sejenak di spion sepeda Alan. Di depan gerbang sekolah ternyata sudah ada Ika dan Salsa, mereka sudah datang duluan di sini.

"Eh Ika dan Salsa. Kalian berdua kok cepat amat datang ke sini?" tanyaku keheranan sembari membenarkan tas selempang yang sedikit melorot.

"Hehehe, biasalah. Kami berdua kan cepat. Benar kan Ika?" kata Salsa tersenyum melirik Ika yang mukanya dah memerah padam.

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang