22. Kembalinya Yudistira dan Aqila

41 7 0
                                    

Prang! Sling!

"Hiyaa!" Seru seorang gadis beradu pedang. Ia terus beradu pedang dengan pedang milik Yudistira.

Pemuda tersebut terus menerus menyerang gadis di hadapannya begitupun sebaliknya. Yudistira berhasil membuat gadis di hadapannya mundur beberapa meter.  Melihat gadis di depannya ini begitu tangguh dan sekarang ia bertambah kuat.

Yudistira mengakui bahwa Zian  Arum Aqila sangat tangguh dalam berperang seperti bela diri sesungguhnya. Pedang yang ditangan Aqila berbeda dengan pedang milik Yudistira. Pedang Aqila adalah pedang sihir yang bisa menyimpan beberapa elements, sekarang pedang tersebut menyimpan 15 elements sihir. Yang paling Aqila senang adalah menggunakan elements angin dan bumi.

Aqila menatap Yudistira begitu lekat lalu berlari ke arah pemuda tersebut dengan kecepatan tinggi. Di bawah kakinya seolah ada dorongan seperti angin. Yudistira yang belum siap kaget, membelalakkan mata melihat pedangnya terbang dan menancap ke tanah yang jauh darinya. Lalu tubuh pemuda itu terjatuh ke tanah dan pedang Aqila menancap.

"Kau kalah Yudistira! Kau kalah sebanyak 2000 kali dalam pertarungan pedang ini! Kau parah sekali." Cibir Aqila menatap Yudistira lekat.

Pemuda itu menatap Aqila yang berada di atasnya dan melirik benda tajam berada di pinggirnya. Pedang itu mengenai bajunya. Tidak lama kemudian Aqila berdiri dari tubuh Yudistira dan melepaskan pedang dari pemuda itu. Pedang yang memiliki garis seperti bentuk batik bunga yang saling menyambung di besi pedangnya membuat terlihat indah jika dipandang lama-lama. Gambar batik itu akan menyala jika ada element sihir masuk ke dalam sana, seusai apa yang diminta oleh sang pemilik.

Pedang tersebut disarung-kan di pinggang. Aqila adalah penyihir pilihan sama seperti Leo, jika Leo lewat alat musik seruling yang bisa mengeluarkan angin begitu dahsyat serta rasa dingin bak kutub selatan. Maka Aqila lewat pedang sihir elements, dia sangat cinta dengan pedang dan ingin menjadi kesatria tanpa peduli bahwa ia adalah seorang gadis. Menjadi gadis tangguh adalah pilihan sedangkan namanya 'kesatria' itu hanyalah jabatan bukan kewajiban yang harus menjadi kesatria harus laki-laki, perempuan juga bisa.

Yudistira bangun dan mengambil pedangnya, lengan bajunya jadi robek akibat pedang yang ditancapkan Aqila tadi. "Kau ini, Aqila. Selalu aja kalau latihan seram banget nggak ada senyum-senyumnya." Komentarnya menatap Aqila.

Gadis itu tidak peduli dengan komentar Yudistira seperti biasanya. Ia berjalan duluan mengabaikan Yudistira. "Ayo! Kita kembali. Aku kangen banget dengan sekolahan, sudah lama aku tidak pergi ke sana untuk memperkuat sihir." Kata Aqila.

"Sama. Tapi kenapa aku yang harus menemanimu? Maksudku kenapa bukan Raihan atau Arya? Kenapa harus aku?" Ucap Yudistira berjalan beriringan di sebelah Aqila.

Begitu banyak pohon-pohon rindang di sekeliling mereka berdua karena mereka berdua selama ini berada di hutan belantara dimana begitu banyak hewan-hewan sihir yang berbahaya. Dan hewan-hewan sihir itu juga membuat  mereka berdua bertambah kuat apalagi mengasah sihir serta bertarung adu pedang.

Selama perjalanan panjang menuju ke sekolah kembali, Aqila melihat sekeliling hutan yang amat tentram di siang hari. Sinar matahari yang mulai terik pun tidak bisa masuk ke dalam hutan karena tertutup oleh banyaknya dedaunan yang menghalau sinar matahari masuk ke dalam hutan.

"Jika kau datang ke sekolah pasti kau akan menjadi peringkat pertama penyihir terkuat dan ditakuti oleh SMK Dirga Jaya." Kata Yudistira membuka topik baru. Aqila hanya tertawa kecil menoleh ke pemuda yang memiliki wajah manis seperti gula dengan tampilan rambut sempurna.

Walau badannya kurus, jangan salah dibalik bajunya itu Yudistira punya roti sobek yang membuat klepek-klepek. Ngomong-ngomong kalau mengingat itu Aqila menjadi malu karena tidak sengaja melihatnya—melihat roti sobek.

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang