38. Hinaan George

31 6 0
                                    

  Angin sepoi-sepoi membuat beberapa dedaunan bergoyang dan rasa panas menjadi sejuk seketika. Aku menikmati angin di taman sekolah sesekali memejamkan mata. Anginnya begitu sejuk dan melihat langit hari ini begitu cerah berwarna biru serta begitu banyak burung fantasi yang melintas di udara mencari makan. Suara kicauan burung itu terlalu besar sehingga aku berkali-kali memejamkan mata setiap mendengar kicauan burung itu, belum terbiasa dan suara kicauannya juga sangat berbeda seperti kicauan burung biasa.

Burung fantasi kicauannya seperti dinosaurus, batinku.

  Aku tidak menyagka kalau Mas Dicky ada di sekolah ini juga dan ia tadi mengatakan sejujurnya padaku. Sebenarnya aku kesal padanya karena menyimpan rahasia sebesar itu pada sepupunya sendiri, begitu tega dia sama aku. Pantas aja, ia saat aku menceritakan semua apa yang terjadi waktu awal-awal menemukan pintu misterius di perpustakaan. Mas Dicky malah mendukungku dan mencari buku "Petualangan Sihir" di negri ini.

   Awalnya aku mengira mungkin Mas Dicky sering banget membaca buku sihir-sihir di perpustakaan dan sering juga membeli buku di mall. Mas Dicky adalah pencinta genre fantasi yang berbau-bau magic dan selalu seperti itu terus, jika ada cerita yang bau-bau sihir ia akan menjadi maniak sesaat walaupun itu cerita belum tentu bagus kan. Ternyata selama ini Mas Dicky adalah penyihir hebat sepanjang masa Kota The Witcher of Mountain, nama kota sihir yang indah dan memang itu benar sebab tempat ini dekat banget sama gunung yang tinggi.

Mas Dicky memang tega sama sepupunya sendiri membiarkan aku tahu sendiri, namun, Mas Dicky mengatakan padaku kalau semua orang tidak tahu menahu tentang hubungannya denganku dan sengaja menjadi rahasia besar.

"Kalau mereka tahu, kalau kita sepupu maka bisa-bisa kau dipandang  hina oleh mereka." Katanya sedikit membisik membuatku mengerutkan kening menoleh ke arah Mas Dicky.

"Kenapa?"

"Aku tahu, kalau kau belum bisa membangkitkan mana sihir dalam tubuhmu. Hidup disini keras." Katanya lagi.

Yang dikatakan Mas Dicky semuanya benar. Disini hidupnya keras jadi ingat waktu itu, kami bertiga diserang oleh penyihir gadis tidak tau diri, batinku menggerutu ku kesal setelah mengingat kejadian itu. Untung saja waktu itu ada Mas Edward yang tampan datang dan lalat menyebalkan, Alan.

  Padahal aku datang kesini lagi untuk memastikan dunia luar itu bagaimana? Dan dugaanku awal tentang mirror school SMK Dirga Jaya sepertinya sudah sirna. Ternyata yang sama hanya bangunan sekolah saja dan pasti diluar sekolah ini, kotanya jauh lebih berbeda dengan tempat tinggal ku walau begitu aku masih penasaran diluar seperti apa? Mana seluruh murid di sini pasti tidur di asrama sekolah yang ada di belakang.

Selama ini aku belum mengelilingi lebih jauh bangunan mirror SMK Dirga Jaya ini yang penuh magic tentunya.

"Sheira!" Panggil Ika kencang membuatku yang melihat sekitar terkejut dan menoleh melihat Ika dan Salsa melambaikan tangan, tersenyum.

Aku segera menghampiri mereka berdua yang selesai dengan jam pembelajaran. Selama mereka berdua di dalam kelas, aku berjalan-jalan menelusuri sekolah seorang diri dan memutuskan tadi melihat pemandangan di taman sekolah. Mas Dicky pergi ke kelas dan meninggalkanku seorang diri.

Nasibku disini sama sekali tidak menguntungkan.

"Sheira, apa kau punya rencana lain?" tanya Ika membuat dahiku bertaut memandang Ika penuh tanda tanya.

"Rencana lain? Seperti apa?" Tanyaku balik seraya berpikir keras.

Salsa menyunggingkan senyuman menatapku."kegiatan baru, Sher. Masa setiap kali kita selalu di kantin dan dilayani oleh peri. Lebih baik kita mencari suasana baru itu yang dimaksud oleh Ika." Kata Salsa panjang lebar dan aku tertawa kecil setelah tahu, apa yang dimaksud rencana oleh Ika?

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang