34. Panggilan Penyambutan

29 7 15
                                    

"Lihatlah ini!" Seru Ika setelah melihat layar ponselnya, ia menyuruh kami berdua segera mendekati gadis itu yang memasang wajah heboh.

Salsa sudah berada di samping Ika dengan mata terbelalak. Aku bangkit berdiri dan berdiri di belakang Ika, kedua mataku menyipit melihat kalimat ber-bold hitam bahwa ada seseorang yang melihat sapu terbang di malam hari. Ini sama halnya aku pertama kalinya melihat para penyihir menunggang sapu terbang di malam hari. Namun, kemarin malam aku sama sekali tidak melihat mereka melintas saat menunggu Mas Dicky pulang dari urusannya.

Aneh.

Di artikel itu di tulis tanggal 23 November dan hari ini tanggal 24 November. Kan aneh—batinku datar. "Seseorang melaporkan bahwa ia melihat para penyihir melintas di langit pada malam hari. Berikut deretan fotonya!"

Tangan Ika menggeser ke bawah melihat semua jepretan kamera amatir orang tersebut. Yang ternyata samar-samar buram dari ketiga foto itu. Salsa mengomentari foto yang buram-buram itu,"kenapa semua buram? Tidak pantas di publikasikan ke artikel kalau gini."

"Tunggu! Itu ada tulisan dari orang yang melaporkan kejadian ini." Kataku menuding kalau orang yang membuat heboh ini angkat bicara.

"Sebelumnya aku berpikir terlebih dahulu untuk melaporkannya ke media. Karena aku selama 20 hari ini sering melihat ke atas langit, memastikan kalau mereka (penyihir) melintas di langit malam selama 20 hari berturut-turut. Dan akhirnya aku melaporkannya, kemungkinan beberapa orang yang membaca ini pernah melihatnya sama sepertiku."

  Kesimpulannya ia sudah pernah melihat keganjalan kalau para penyihir menunggangi sapu terbang bak negri dongeng, berusaha menutup mulut dan memastikan bahwa ia tidak berhalusinasi. Mengingat, kalau ruang imajinasi begitu kuat jika di malam hari. Imajinasi akan aktif beberapa persen kalau di malam hari. Pertama kalinya aku melihat para penyihir menunggangi sapu terbang di langit.

Harus berpikir dua kali karena takut, selama melihat langit malam pikiranku tanpa sadar bermain imajinasi. Jadi selama berdiri diam memandang langit malam, imajinasi bakal aktif dan merespon begitu cepat —apa yang kita inginkan akan muncul di depan mata dan berandai-andai dengan imajinasi kuat.

"Cuman salah satu foto ini yang terlihat agak jelas dari foto kesatu dan ketiga. Foto kedua ada salah satu penyihir yang jelas." Kata Ika segera pandanganku mencoba melihat lebih jelas lagi, menyipit.

Ika meng-zoom foto tersebut dan aku serta Salsa mencoba untuk melihat begitu jelas. Salah satu penyihir itu ada yang menoleh ke arah kamera, sayangnya cuman mentok di situ saja, tidak bisa jadi jelas alias malah buram. Wajahnya tidak bisa dilihat secara jelas. Aku mendengus sebal dan berdiri tegak, berkacak pinggang.

"Percuma saja di zoom. Kalau ujung-ujungnya buram juga." Kataku.

Salsa membenarkan tempat duduknya dan meminum es tehnya yang tinggal sedikit. "Kau benar, Sher. Tapi keknya aku pernah liat tuh orang."

Mataku menyipit serta dahiku berkerut samar mendengar kalau Salsa pernah lihat salah satu orang yang menunggangi sapu terbang. Mana mungkin Salsa bisa bicara seperti itu? Maksudku mengenal deretan para penyihir. Ini mengingatkanku ketika aku pulang bareng sama Alan, pemuda menyebalkan itu pernah pulang menunggangi sapu terbang ke rumah.

Tidak mungkin, Alan—batinku masih tidak percaya.

"Ngomong-ngomong, siapa Sal? Yang menunggangi sapu terbang dan tertangkap kamera ini..." Kata Ika begitu penasaran dan mencoba melihat seksama lagi, percuma saja, tetap buram,"...masa Alan." Lanjutnya mematikan layar ponsel dan menatap Salsa serius.

Gadis itu menggelengkan kepala kuat. Aku melipat kedua tangan menatap Salsa dengan kepala penuh tanda tanya. "Kalau bukan Alan terus siapa?"

Salsa menoleh ke arahku dan bertanya mengenai Mas Dicky. Tentu saja, aku terkejut dan bertanya-tanya kenapa sampai ke Mas Dicky. Ini membuat rasa kecurigaan ku ke sepupu laki-laki laknat bertambah memuncak. Pertanyaan ku masih belum di jawab masalah apakah dia salah satu para penyihir di mirror SMK Dirga Jaya.

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang