42. Asrama Sekolah

28 5 1
                                    

Sore pun sudah tiba dan kami bertiga mengikuti seorang gadis cantik yang tadi siang ikut ke ruang kepala sekolah. Gadis itu bernama Citra Shena Rahardian, nama yang bagus banget. Salsa tadi tidak pergi ke kantin karena ia mengobrol banyak hal bareng Citra tentang tempat tinggal baru di asrama sekolah.

Kami berempat sudah berada di belakang sekolah dan berjalan sangat jauh, menoleh ke belakang melihat dinding gedung sekolah sudah melampaui jauh banget. Pandangku juga samar-samar karena kabut tebal menutupi separuh penglihatanku.

"Citra? Mana tempat asramanya dan kenapa juga murid-murid belum ada yang pergi ke asrama?" tanya Ika begitu kepo dan aku ingin sekali bertanya seperti itu. Namun, udah keduluan Ika.

Citra menoleh ke Ika dan tersenyum. "Sebentar lagi bakal nyampai kok, tenang aja." katanya santai agar kami bertiga tenang dan sabar.

Langkah kaki kami berhenti tepat di dinding rumput yang panjang banget. Ini biasanya dinding rumput taman di kota-kota. Citra menyuruh kami bertiga mundur sedikit dan kami menurut permintaannya. Aku memerhatikan Citra mengeluarkan tongkat sihir dan meramalkan mantra sihir.

"Open house guardian!" Seru Citra mengeluarkan sinar sihir berwarna kuning ke tumbuhan rumput itu. Kedua mata kami bertiga terbelalak kaget melihat sihir Citra yang bisa dibilang hebat.

Dinding rumput yang panjang itu tiba-tiba terpecah menjadi dua bagian dan membuat sedikit guncangan seperti gempa. Membuat keseimbangan badan kami bertiga berkurang dan nyaris terjatuh jadi kami bertiga saling bergandengan tangan. Kedua dinding rumput yang udah terpecah menjadi dua mengeluarkan sebuah portal bentuk persegi panjang ke atas. Citra menoleh ke belakang melihat kami bertiga yang saling berpegangan tangan dengan mata melebar.

"Ayo! Masuk! Pintu asrama sudah terbuka lebar!" Ajak Citra untuk masuk ke dalam portal tersebut dan kami balas anggukkan mantap.

  Sebuah pemandangan yang sangatlah indah dengan langit berwarna oranye, di atas langit begitu banyak burung-burung berukuran besar sembari mengeluarkan suara mereka sangat nyaring. Aku tidak henti-hentinya memerhatikan sekeliling begitu banyak tumbuhan-tumbuhan yang tumbuh di tempat asrama sekolah. Di sana terlihat ada kucing berukuran manusia tengah bermain dengan serangga.

"Wow!" kagum kami bertiga kompak.

"Lihatlah! Itu kucing ukurannya gede banget." kata Ika menunjuk kucing besar berwarna putih loreng hitam mirip sama harimau.

Kucing itu berguling-guling di atas rumput dan melihat ke arah kami berempat. Ia berguling lagi sembari mengeluarkan suara yang bisa dibilang cukup besar.

"Meow." Kata kucing besar itu membuat Salsa dan Ika bergidik ngeri sebab kucingnya tidak seperti di bumi.

Citra angkat bicara,"dia sangat senang menyapa orang baru. Nama kucingnya Melly." kata Citra tersenyum dan menyuruh kami bertiga mendekat ke kucing putih loreng hitam bernama Melly.

Citra mengelus kucing tersebut penuh nikmat tanpa ada rasa takut dan Melly sangat menikmati kepalanya di gosok lembut oleh Citra. Salsa dan Ika sama sekali tidak ingin mendekat, malah sembunyi di balik punggungku. Gadis itu menatap Salsa dan Ika tersenyum.

"Salsa dan Ika, coba kesini. Gosok lembut kepala Melly pasti dia sangat senang." kata Citra menoleh ke Melly. Nampaknya Melly mengerti apa yang diucapkan oleh Citra.

"Kata Melly, jangan takut." kata Citra.

"Apa? Jangan takut? Dia besar banget, Citra. Takut dimakan kayak harimau bagaimana? Kucing sama harimau masih bersaudara loh, cuman tubuh kucing kecil kalau harimau besar. Ini mah beda banget dan sama seperti harimau." kata Salsa cepat dan berusaha menyembunyikan rasa takutnya. Namun, tidak bisa.

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang