25. Masuk Kelas (Ika) dan Tawaran

41 7 7
                                    

  Ika tidak menyangka kalau kelas yang akan ia tempati sedikit jauh dari kelas Salsa. Kelas kekuatan unknown ternyata jauh banget daripada kelas lainnya. Atau mungkin karena kekuatan elements unknown, kekuatan paling kuat daripada Element Thunder. Selama perjalanan, Ika sembari melihat nama ruangan dan berharap kalau ia menemukan kelas yang ia cari.

Benar kata Sheira, kalau sekolah SMK Dirga Jaya versi lain tidak jauh beda dengan sekolahnya dulu. Ini adalah mirror school SMK Dirga Jaya. Ketika Ika berhenti melangkah dan menatap tangga di hadapannya, pikiran berputar kesana-kemari, mendongak melihat tangga yang menuju ke lantai tiga.

"Apa kelas unknown berada di atas sana?" Monolog Ika menoleh ke belakang, tidak ada salah satu penyihir yang berjalan menuju ke sini. Koridor terasa sepi, Ika mau bertanya pada seseorang. Sayangnya, tidak ada.

Ia mencoba menghela nafas panjang dan kaki kanannya ingin menginjak anak tangga buat naik ke sana. Dengan sigap ada seseorang yang menarik pergelangan tangan Ika ke bekalang dan Ika yang kaget hampir terjatuh. Untung saja, seorang pemuda yang tadi yang  menarik Ika, segera menolongnya dan kontak mata mereka saling bertemu.

Ika terbelalak melihat pemuda yang menolongnya dengan sigap gadis itu berdiri dan berkata gugup,"A-Alan!" Ekor mata Ika bergerak ke kanan-kiri saking gugupnya. Sebaik mungkin, ia berusaha bersikap biasa jika bersama dengan Alan.

Agar tidak gugup seperti ini.

"Hampir saja, dirimu tidak pergi ke tangga itu." Katanya sesekali melihat tangga yang ingin Ika naiki tadi.

Gadis itu menoleh ke tangga yang memiliki aura tidak bersahabat atau Ika sendiri yang tadi, tidak merasakan aura apapun di sana. Ia juga penasaran banget, apa yang ada di tangga tersebut. Padahal di SMK Dirga Jaya yang asli, tidak ada tangga lantai tiga seperti ini. Ika menatap Alan dan bertanya,"memangnya kenapa dengan tangga itu?"

Alan menatap mata Ika lekat."tangga itu menyimpan buku yang sangat penting dan terjaga apik di dalam sana. Aura tidak bersahabat sebagai penghalang para penyihir agar tidak pergi kesana."

Matanya menyipit sebelah menatap Ika yang bisa-bisanya ingin pergi naik ke tangga tersebut tanpa merasakan aura penjaga yang dinamakan "The Guardian of the Murk" penjaga kegelapan yang levelnya tidak bisa dipandang sebelah.

"Bagaimana bisa kau ingin naik ke sana tanpa mencium aura tidak bersahabat dari penjaga kegelapan?" Tanya Alan keheranan. Ika menggeleng tidak tahu, ia tadi sama sekali tidak mencium aura tidak bersahabat dari penjaga kegelapan di tangga itu.

Melainkan Ika merasakan dirinya seperti dihipnotis seseorang masuk ke dalam sana. Alan tersenyum ke Ika membuat gadis itu pipinya merona merah.

"Baiklah, lupakan. Yang penting kamu selamat dan yuk kita ke kelas bareng." Ucapnya tersenyum manis dan Ika segera mengangguk cepat, mengiyakan dan berjalan berdampingan bersama Alan.

Jantung Ika berdebar-debar tidak karuan jika berjalan beriringan sama Alan dan juga dekat sama Alan. Sekarang, ia jadi satu kelas sama junior yang diam-diam Ika sukai. Sesekali Ika curi pandang ke Alan, ada rasa suka yang menggebu di dalam hati Ika dan rasa syukur bisa satu kelas. Walau sebenarnya Ika tidak mau bicara terang-terangan ke Alan.

'Apa Alan tahu? Jika aku ini menyukai dirinya?'—batin Ika sesekali melirik ke Alan.

Tidak lama kemudian, mereka berdua sampai di tujuannya yaitu kelas sihir elements unknown. Alan menyuruh Ika masuk duluan ke kelas lalu diikuti oleh Alan. Di dalam kelas sudah ada dua orang laki-laki. Ika kaget kalau dikelas ini semua laki-laki hanya dia seorang saja yang perempuan.

'Mampus kau Ika, kau terjebak di kelas laki-laki'.

"Kan itu disebelah mu siapa? Anak baru ya?" Tanya seorang pemuda yang memiliki mata indah berwarna biru dengan rambut berwana blonde begitupun yang disebelahnya, hanya saja rambut pemuda itu berwarna hitam kecokelatan.

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang