08. Bukunya Hilang

63 7 5
                                    

Pelajaran jam kedua sudah selesai kini menunggu guru jam ketiga dan keempat yaitu pelajaran PKN. Uh, aku harus menunggu 2 jam lagi untuk pergi ke perpustakaan buat memastikan kalau kejadian kemarin, benar adanya. Aku takut, kalau selama ini diriku hanya berkhayal doang.

Memasuki sekolah sihir SMK Dirga Jaya, hahaha. Lelucon yang bagus— batinku tertawa hambar.

"Kau kenapa Sheria? Tertawa sendiri?" seketika aku berhenti tertawa kecil bahkan tawaku tidak meledak cuman tersenyum tidak jelas seperti dilanda cinta. Padahal mah, tidak.

"Eehmm....tidak apa-apa kok. Aku cuman ing—" ucapku terhenti karena guru sudah datang dan segera semua murid duduk anteng, lalu mengeluarkan buku pelajaran PKN.

  Aku berusaha untuk bersabar dan sesekali memerhatikan jarum jam di atas papan tulis, berharap kalau pembelajaran ini cepat berlalu. Guru tengah asik menjelaskan dan semua murid nampak serius, aku tengah asik menggambar di halaman belakang buku tulis. Mengusir rasa kebosanan dan masih lirik-lirik arah jarum jam.

"Kalau gitu, kalian kerjakan kompetensi ABCD dan E. Lalu datang ke depan untuk hafalan, pilih 10 soal." kata Bu Salma dibalas seruan dari satu kelas.

Sudah biasa Bu Salma memberikan tugas seperti ini ke murid-muridnya dan aku selalu merasa kalau daya ingat ku tidak sepenuhnya kuat, para pelupa. Namun, alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Aku membaca soal-soal di buku LKS dan mengerjakannya, soal-soal di sana membuat pikiranku cenat-cenut. Kebanyakan jawabannya tidak ada di LKS.

Buku paket juga, tidak ada. Oh my god, aku harus buka internet, batinku.  Lalu ada salah satu murid angkat tangan, berkata,"Bu! Boleh cari di internet?" tanya Saskia dibalas anggukkan oleh Bu Salma.

"Boleh. Tapi jangan ramai!" ucapnya tersenyum tipis.

"YES!" seru kami semua.

Aku mengeluarkan ponsel dari saku, gambar lock screen membuatku tersenyum senang. Kedua jariku segera menekan-nekan layar dengan cepat ke internet. Kira menggunakan spiker rekam tanpa menulis, biar cepat mencari. Ku geser-geser artikel-artikel di ponselku.

"Ra, kau sudah nemu nomor 12?" tanyaku.

"Bentar, aku masih nyari." jawabnya, ku balas anggukkan. Tengah asik mencari jawaban di internet, tiba-tiba ada yang datang di kelasku.

"Assalamualaikum." salamnya.

"Wa'alaikumsalam, eh Alan? Ada apa?" jawab Bu Salma. Alan masuk ke dalam kelas, dalam hatiku pasti kedatangannya mengajakku keluar dan masuk ke dalam SMK Dirga Jaya (Sekolah Sihir).

Bu Salma menatapku. "Sheira, kamu di panggil sama Bu Rara. Kalau boleh tahu, Alan. Kenapa Bu Rara memanggil Sheira?" kata beliau lalu balik tanya ke Alan.

"Ada perlu bu. Ada buku yang belum Sheira kembalikan, mungkin terselip dan Bu Rara tidak bisa menemukan buku itu." kata Alan mencari alasan yang tepat, karena Bu Salma orangnya tegas dan selalu waspada. Ia mengetahui juga kalau ada orang berbohong dengan beliau.

Kan Gawat!

  Beliau mengangguk mengiyakan tanda Bu Salma percaya dengan omongan Alan. Aku berjalan keluar kelas di susul oleh Alan, melirik ke pemuda yang tinggi itu. Aku diam sebentar, mencari topik pembicaraan yang tepat,  berdecih kesal.

"Kenapa kau datang ke kelasku dan ngajak aku ke perpustakaan? Memangnya ada apa?" tanyaku kesal.

"Bu Rara ingin berbicara denganmu." jawabnya membuat sebelah alisku terangkat, heran. Menatap ke depan melihat lorong sekolah yang sepi.

Kami berdua menuju ke perpustakaan di dalam sana ada Bu Rara yang menata buku sembari membersihkan rak-rak. Alan mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Sekolah Sihir [S1-End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang