Semua orang bersenang-senang dengan keluarga atau sama pasangan mereka. Pasar malam ini seperti tempat hiburan para penyihir dan sewaktu-waktu bisa bermain kesini setelah seharian bekerja melakukan barang-barang dan mengurusi rumah tangga. Aku tersenyum lebar melihat sekeliling dan beberapa wahana seolah menyapaku untuk berkunjung bermain dan bersenang-senang.
"Duh, kemana sih? Sheira sama Leo. Mereka itu lelet banget." kata Ika berkeluh karena sudah tidak bisa menahan untuk naik bianglala super berat.
"Tungguin aja. Bentar lagi bakal datang kok, Ka. Lagipula kita tadi bersenang-senang." balas Salsa mencoba menghibur Ika yang sudah tidak sabaran.
Ika mengerucutkan bibir kesal. "Aku kesal karena tangkap ikannya tadi susah banget dan..." Ika melihat tangannya yang tidak sengaja kena kekuatan ikan sihir kecil itu,"... melukaiku."
Salsa tersenyum kecut mengalihkan pandang buat mencari orang yang ia cari. "Wajar aja, kan kehidupan di dunia ini sangat berbeda dengan kehidupan kita sebelumnya. Untung saja tadi Alan langsung mengobati mu. Aku kira..." menoleh ke Ika,"...hanya Yoga aja yang mampu mengobati luka maksudku sihir penyembuh."
"Jika dipikir-pikir iya juga ya. Tapi mungkin, Sal. Semua para penyihir di suruh belajar sihir penyembuh walau tidak seperti sihir palang merah. Buat jaga-jaga." Salsa menjentikkan jarinya, mengangguk mengiyakan kalau Ika ada benarnya.
Ia sangat bangga melihat temannya itu pintar dan tidak terlalu polos semenjak mengenal adik kelasnya, Alan. Salsa takut kalau Ika akan bertingkah polos dan tergila-gila cinta ke Alan. Sebab cinta itu sering mengubah sifat seseorang walau tidak semuanya.
"Itu pangeran sihir sama Sheira!" kata Ika menunjuk ke arah pangeran sihir dan aku.
Sorotan mataku yang melihat sekeliling dan berhenti di suatu tempat, tersenyum lebar melihat Ika dan Salsa melambaikan tangan ke arahku. Aku segera menghampiri mereka berdua dan ingin memeluk, sayangnya aku tidak bisa melakukan itu.
Tanganku masih di borgol, batinku menyedihkan.
"Wah Sheira! Kamu kok perginya lama banget sih. Sampai kami berdua puas banget mainnya." kata Ika terlihat senang saat melihatku.
Aku memasang wajah cemberut. "Oh, kalian udah bersenang-senang ya. Aku tadi juga sih. Cuman bonekanya di Leo sedangkan aku masih di borgol kayak tahanan!" ucapku memelas kemudian kesal sembari menunjukkan borgol masih melingkar cantik di pergelangan tanganku.
Salsa dam Ika menganga melihat borgol masih di pergelangan tanganku. Mereka berpikir kalau borgol ini bisa dilepas setelah menuju ke toko alat sihir yang ada di pojokkan pasar sihir, kenyataan tidak semuda itu.
"Aku harus menyalurkan mana sihir di ke borgol ini dan masalahku adalah. Kalian udah tahu kan?" ucapku pada mereka berdua.
"Masalahmu membangkitkan mana sihir bukan?" kata Salsa ku balas anggukkan mantap.
Aku menceritakan semua apa yang dikatakan oleh Kakek Yu Xan tentang alat sihir yang kini bertengger cantik di leherku. Sebenarnya di kalung ini memiliki 6 batu permata dan sekarang tersisa 3 batu bermata. Aku harus mendorongnya dengan arti ketiga warna ini supaya aku bisa menyalurkan mana permata ini ke borgol di tanganku. Jika borgol ini tidak kunjung lepas maka aku kesusahan banget buat melakukan apapun.
"Apa kalian tahu? Arti masing-masing permata ini?" tanyaku pada mereka berdua.
Salsa memegang dagu berpikir melihat ketiga permata yang ada di leherku ini. Ia menunjuk kedua warna yaitu biru dan merah.
"Kalau menurutku warna biru yang artinya ketenangan dan yang warna merah artinya keberanian atau amarah yang mengepul." katanya yakin.
"Bagaimana kau bisa tahu soal itu Salsa?" tanya Ika menoleh ke arah Salsa yang tersenyum tipis setelah memberitahu tentang arti kedua permata ini, biru dan merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Sihir [S1-End]
FantasiDi Update: 11-08-2021] The End: [06-02-2022] {Season 1: Sekolah Sihir Season 2: - } Aku tidak sengaja menemukan ruangan misterius yang berada di dalam ruangan perpustakaan. Salsa tidak percaya kalau ada ruangan misterius di dalam perpustakaan. Ka...