Part 5

2.5K 187 3
                                    

Memasuki area restoran, 6 orang pemuda itu langsung di arahkan menuju meja panjang di tempat yang agak sepi. Memang Jeno yang meminta agar tempat mereka lebih dipojok agar acara mereka tidak terganggu.

Mereka langsung memesan sesaat setelah tiba dan saat ini mereka semua sedang terdiam fokus dengan urusan masing-masing.

"Na lo udah liat kak Galen kan? Menurut lo dia bakal lapor gak yaa?" Tanya Reiga sambil berbisik pada Nara yang tepat berada di sampingnya.

Nara semakin mendekatkan dirinya pada sang sahabat untuk menjawab.

"Gue rasa dia baik Re, lo gak mau coba kenal dia gitu?" Tanya Nara pelan.

Reiga menggeleng sambil tersenyum tulus.

"Untuk saat ini gue mau fokus ke kak Jeno dulu, waktu gue sama dia dikit" Bisik pemuda itu lirih.

Nara yang melihat sang sahabat sangat putus asa akan kisah cintanya hanya menghela nafas.

Jujur dalan hatinya ada secerca rasa senang saat mengingat bahwa Reiga dan Jeno memiliki peluang yang kecil untuk terus bersama. Ia tidak munafik, cintanya yang sangat besar untuk Jeno tidak bisa mencegah perasaan senang itu muncul.

Namun sekali lagi, dia lebih merasakan akan seperti apa kesedihan sang sahabat saat berpisah dengan Jeno dan itu mengalahkan semua pikiran jahatnya. Nara bilang itu pikiran jahat

Biarlah waktu yang menjawab nantinya, yang perlu ia lakukan sekarang adalah menjadi kuat dan mendukung Reiga. Menjadi sandaran bagi pemuda yang sudah ia anggap saudara itu seperti yang ia lakukan selama ini.

"Eh Re kenalin temen lo dong" Ujar Haldis semangat. Ia melihat Nara itu pasti pihak bawah yang akan pas jika menjadi teman gibahnya.

"Hehe sampe lupa, kenalin sahabat gue namanya Naranaya bisa di panggil Naya" Ujar Reiga usil.

"Enggak!!! Panggil Nara aja kak" Nara mendelik namun memaksakan senyum yang mana wajahnya terlihat sangat menyeramkan untuk Reiga.

"Lucu banget sih lo, btw gue Ezra yang paling ganteng disini" Ujar Ezra dengan senyum sok tampan yang sayangnya memang tampan itu.

"Gue Haldis, kita bisa jadi Cs nanti hehe" Haldis menyengir dengan lebar.

"Galen, ketua sie Dokumentasi kalo ada masalah tanya gue aja" Ucao Galen dengan nada setenang air danau.

"Kita udah kenal kan?" ujar Jeno dengan senyum tipis yang mana di angguki oleh Nara.

Sesaat setelah sesi perkenalan itu, makanan yang mereka pesan akhirnya tiba.

"Wahhh enak nih" Seru Haldis semangat.

Mereka mulai menyantap makanan itu dalam diam.

"Ini Jeno yang bayar kan? Anggep aja PJ" Ucap Ezra dengan santai yang mana membuat Nara tanpa sadar tersedak.

"Uhuk... Uhuk.." Reiga yang berada di sampingnya segera menyodorkan minuman milik Nara.

"Aku ke toilet dulu kak" Ujar Nara setelah berhasil meredakan batuknya.

Setelah pemuda manis itu beranjak, keadaan meja itu kembali hening. Namun, itu tidak bertahan lama ketika Haldis dengan lantang memanggil nama seseorang yang baru saja memasuki restoran.

"KAK MADHA!!! SINI" Ujarnya dengan berteriak, hal tersebut tentu mengundang perhatian pelanggan restoran lainnya.

Madha bergegas menghampiri meja mereka, bukan karena ingin menuruti Haldis tapi lebih ke malu karena teriakan sahabat adiknya itu.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang