Part 3

2.5K 195 6
                                    

Nara memarkirkan motor miliknya dan membawa helm yang ia pakai masuk ke dalam kontrakannya.

Pemuda itu menaruh helm miliknya di rak khusus serta membuka dan merapikan sepatu yang ia pakai.

Dengan lemah Nara berjalan menuju kamar miliknya lalu menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

"Hah... Jadi gini akhirnya ya? Orang yang gue suka bakal sama sahabat gue" Ujarnya lalu terkekeh, namun air mata pemuda itu tidak bisa menipu siapapun.

"Gue cinta kak Jeno hiks... tapi sayang gue buat Reiga lebih besar"

Flasback on

"Aduh panes banget" Keluh Nara.

Pemuda itu di jemur bersama ratusan mahasiswa baru lainnya.

Perut Nara sakit luar biasa karena ia sama sekali belum sarapan apapun. Pemuda itu bangun terlambat dan akhirnya melewatkan sarapan agar bisa datang tepat waktu untuk kegiatan ospek.

"Ishh" Ringisnya sambil memegangi perutnya.

Puk.

Tepukan di bahunya membuat Nara mendongak. Di depannya berdiri seorang pemuda, tampan sangat tampan.

"Sakit?" Ucap pemuda itu yang hanya bisa di balas anggukan oleh Nara.

"Ayo ikut" Dengan telaten pemuda itu membantu Nara berjalan menuju ruang kesehatan yang cukup jauh dari lapangan tempat kegiatan.

Pemuda yang belum Nara ketahui namanya itu membantu Nara berbaring dan bergegas mencarikan obat untuk Nara.

"Belum makan ya?" Tanyanya.

"I-iya kak" Sahut Nara susah payah.

Pemuda itu menyerahkan 1 buah tablet yang langsung di kunyah oleh Nara.

"Loh kok disini Jen?" Ujar seseorang yang merupakan salah satu sahabatnya yang juga anggota BEM yang bertugas di ruang kesehatan hari ini.

"Nganter dia. Bisa lo beliin makan gak? Gue harus balik ke lapangan" Ujar pemuda yang dipanggil Jen itu.

"Yaudah lo balik aja bang Madha udah nyariin lo dari tadi"

"Thanks Hal"

"Gak usah bilang makasi, cukup lo titip salam gue buat bang Madha aja Jen" Ucap sang sahabat.

"Baru juga pisah lo, udah lah gue balik"

"Hati-hati Jeno Lavana" Ujar Haldis dengan nada sok imut.

Hingga pemuda yang Nara tahu bernama Jeno itu keluar dari ruang kesehatan, Nara terus memandangi pemuda itu.

"Dia baik" Gumamnya lalu tanpa sadar tersenyum kecil.

Sejak saat itu, Nara selalu memperhatikan Jeno. Ia bahkan tau jadwal dan kebiasaan Jeno yang selalu berdiam diri di perpustakaan setiap hari selasa pukul 1 siang untuk meminjam buku.

Cinta Nara pada Jeno tumbuh begitu besar, dalam keterdiaman Nara selalu berharap akhir yang bahagia.

Flashback off

"Okey Nara lo gak boleh cengeng" Ucapnya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Nara beranjak mengganti baju miliknya dan mulai mengerjakan tugas-tugas kuliah.

Terlalu fokus membuat tugas, Nara sampai tidak sadar ini sudah memasuki pukul 6 sore yang mana harusnya Reiga sudah pulang 1 jam lalu.

"Tu anak kemana dah bikin khawatir aja" Ujarnya panik sambil terus berusaha menghubungi ponsel Reiga.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang