Part 33

2K 147 6
                                    

Nara dan Jendral tiba di rumahnya tepat pada pukul 5 sore dan sudah dapat ia lihat ayahnya sedang duduk di teras rumah menggunakan kaus oblong putih dan bundanya yang sedang menyiram tanaman.

"Nana pulang" Ucapnya membuat perhatian sepasang suami istri itu teralihkan.

"Ya ampun akhirnya anak bunda ini tau jalan pulang juga" Ucap wanita cantik itu sambil bergegas memeluk anak tengahnya.

"Kenapa pulang?" Tanya ayahnya santai.

"Ish ayah gak suka kalo Nana pulang?" Nara akhirnya membuka suara di dalam dekapan erat bundanya.

"Salah kamu juga itu Na, Bandung ke Jakarta gak jauh kamu malah jarang banget pulang" Bundanya menimpali sambil menarik tangan Nara masuk.

"Haje masuk nak, bunda juga kangen kamu" Lanjutnya sambil menoleh pada Jendral yang sedang berbincang dengan ayah Nara.

"Aduh bun Haje lagi ada misi penting nih jadi harus balik ke Jakarta dulu" Jendral menunjukkan cengiran khasnya saat melihat bunda Nara memandangnya tajam.

"Sok sibuk kamu mah, ayo makan dulu baru jalan lagi" Paksanya.

"Besok deh Haje kesini lagi Bun, ini masalah urgent soalnya" Tolak Jendral halus.

"Lo mau ngapain sih? Tadi perasaan lo gk sibuk deh" Ucap Nara heran.

"Ada deh, urusan penting pokoknya doain gue berhasil ngehabisin Jeno" Ucap Jendral dengan dua kata di akhir kalimatnya ia ucapkan dalam hati.

"Udah bun biarin aja, umur segini emang lagi seneng seneng nya kelayapan Yuda juga dulu gitu" Belas ayah Nara sambil merangkul bahu keponakannya.

"Nah tuh ayah tau bun, udah yaa Haje berangkat dulu ini tas nya Nara udah Haje turunin semua" Pemuda tampan dengan tingkat percaya diri yang overload beranjak menuju mobilnya.

"Yaudah hati-hati ya, besok inget kesini lagi" Ucap bunda pasrah.

"Siap bunda, yaudah Haje pamit dulu Yah, Bun, Na" Jendral menyalimi tangan kedua orang tua Nara dengan cepat.

Pemuda tinggi itu melambaikan tangannya lalu bergegas kembali ke mobil.

"Hati-hati, Nak" Ucap Bunda Nara yang di balas klakson dua kali oleh pemuda itu.

"Bun, Nana capek banget" Nara memeluk bundanya erat dan berucap lirih.

"Makanya ayo mandi trus makan malem,  adik kamu bentar lagi pulang dari ekskul juga" Wanita itu berusaha melepas pelukan anak tengahnya namun tidak berhasil.

"Bentar bun, gini dulu aku capek banget" Nara berucap lirih dengan tiga kata yang ia ucap dalam hati.

"Pelukannya di dalem aja yuk, ayah tau kamu kangen banget pasti sama bunda" Ucap Ayahnya seraya menarik putra manisnya dari pelukan sang istri.

"Loh kok nangis Na?" Pria paruh baya itu amat terkejut saat melihat anak manisnya itu berlinang air mata.

"E-engga" Ucapnya susah payah.

"Nana cuma kangen kalian, kangen banget" Lanjutnya.

"Udah dong nangisnya, nanti anak ayah gak manis lagi. Ayo masuk atau mau ayah gendong?" Tawar pria itu jenaka.

"Emang bisa?" Tanya Nara dengan ekspresi lucunya.

"Bah ngeremehin ayah yaa, ayo ayah gendong"

Tanpa aba-aba pria itu menggendong Nara di punggungnya.

"Ayo tuan putri kita masuk" Ucapnya semangat.

"Ish Nana udah gede ayahh,lagian Nana itu cowo"

"Sampe kapanpun kamu tetap anak kecil buat ayah"

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang