Nara baru saja selesai mandi dengan rambut yang masih basah oleh air. Pemuda itu menuju meja belajarnya dan mengambil sebuah buku dengan cover anjing samoyed.
Pemuda manis itu duduk di meja belajar miliknya dan mulai menulis diary. Hal itu sudah biasa ia lakukan sejak bertemu dengan Jeno, dimana Nara akan selalu menulis saat saat dimana ia bertemu atau bahkan berinteraksi dengan Jeno. Nara bahkan membeli buku dengan sampul hewan yang menurutnya sangat mirip dengan Jeno ketika pemuda tampan itu tersenyum.
Setelah mengisi buku hariannya, Nara tersenyum pelan dan mendongakkan kepalanya melihat langit-langit kamar miliknya. Pikirannya di tarik kembali ke kejadian tadi, dimana Galen berbicara empat mata dengannya.
Flashback on
"Ayo duduk disini dulu" Ucap Galen yang membawa Nara ke sebuah taman bermain di dekat restoran tadi. Lampu taman yang temaram membuat suasana saat itu semakin indah.
"Jadi.... Kakak mau ngomong apa?" Ucap Nara seraya menoleh ke arah 'calon suami' sahabatnya itu.
"Sebelumnya gue mau minta maaf kalo misalnya lo gak nyaman sama keberadaan gue. Hah... Gue tau Reiga pasti udah cerita ke lo masalah perjodohan kita. Dan disini gue cuma mau bilang kalo gue sayang sama Reiga" Ucap Galen penuh keyakinan.
Nara hanya melihat pemuda itu dan membiarkannya mengutarakan apapun.
"Kalo gue bisa gue pengen egois dengan maksa dia buat terima perjodohan ini, tapi......gue gak bisa liat dia sedih. Sejak dia jadian sama Jeno gue bisa liat dia bahagia banget dan lo pasti juga ngeliat itu" Lanjutnya.
"Eum Rere udah tertekan sejak dulu karna keluarganya, dan yah dia bisa bahagia lagi sejak kenal kak Jeno" Ucao Nara lirih.
"Gue cuma mau minta tolong, jagain dia selama gue nyari cara buat batalin perjodohan ini. Walaupun berat bagi gue tapi gue gak mau dia makin sedih. Kalo gue batalin tiba-tiba Reiga yang bakal kena akibatnya. Jadi selama itu gue mohon bantu sembunyiin hubungan mereka dari keluarnganya Reiga" Pintanya pada Nara.
Nara bisa melihat setulus apa Galen pada Reiga. Ah.. Dia jadi iri dengan sahabatnya itu, Reiga dikelilingi orang-orang tulus di sampingnya namun ia juga harus memiliki keluarganya yang brengsek.
"Gue bakal bantu, santai aja kak"
Galen yang awalnya menghadap ke depan kini menoleh pada Nara.
"Pasti berat juga buat lo relain Jeno yaa"
Deg
"K-kak lo-"
"Iya gue tau, pandangan lo pas makan tadi gak bisa bohong dan kebetulan gue orangnya peka terhadap rangsangan jadi ya gitu" Ujarnya bercanda.
"Jangan bilang sama orang lain ya kak" Pada akhirnya hanya itu yang bisa Nara katakan.
"Tenang gue gak bocor kok"
Hening melanda mereka di saat pembicaraan itu selesai.
"Yaudah ayo balik, ntar kalo kemaleman Reiga curiga sama lo" Ucap Galen sambil berdiri dari duduknya. Pemuda itu menyodorkan tangannya yang mana hal itu membuat Nara mengerutkan dahi bingung.
"Ayo berjuang sebagai tameng Reiga, gue tau lo yang paling sayang sama dia. Jadi ayo semangat walaupun berat buat kita" Galen tersenyum dengan gummy smile yang di balas senyum yang sama oleh Nara.
"Siap, ayo jangan jadi sad boy yang hobi ngegalau" Balas Nara dengan candaan juga.
Malam itu, Nara dan Galen sama sama memantapkan hati dan menunjukkan tingkat tertinggi dari rasa cinta mereka yaitu, merelakan orang yang dicintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FanfictionNara dan Reiga itu sahabat dekat, mereka punya banyak banget kesamaan sampe suka pun sama orang yang sama. Tapi, takdir mereka tetaplah berbeda