Part 35

2.2K 151 2
                                    

Jeno berangkat ke Bandung pukul 5 pagi, tidak peduli bahwa ia masih memiliki kelas selama seminggu kedepan. Yang ada di pikirannya sekarang hanya, bagaimana meminta maaf pada Nara dan membawanya kembali.

Jalanan yang masih gelap dan sedikit berkabut serta dinginnya pagi di sepanjang perjalanannya tidak menyurutkan laju mobil Jeno. Beruntungnya jalanan saat ini tidak terlalu padat karena memang belum jam berangkat kerja dan sekolah.

Dering ponsel mengalihkan Jeno. Menurunkan sedikit laju mobilnya untuk mengangkat panggilan tersebut, tidak berniat untuk menepi dan berhenti sejenak.

"Halo?" Ucapnya ketika panggilan tersambung.

"Ck. Lo dimana Jen?" Ucap orang diseberang kentara dengan nada yang masih mengantuk.

"Udah berangkat"

"Anjing, sepagi ini?" Orang di seberang berujar tak percaya.

"Jakarta ke Bandung lumayan bang" Balas Jeno santai. Ya. Yang berbicara dengannya melalui ponsel adalah abangnya sendiri.

"Ya gk sepagi ini juga  Jeno. Emang lo udah tau alamat Nana?" Madha berdecak dengan kebodohan adiknya.

"Nanti gue tanya Rere, udah bang gue mau fokus nyetir"

tut-

Tanpa menunggu jawaban dari Madha, panggilan dimatikan oleh Jeno. Ia bisa menebak abangnya pasti mengomel di seberang sana.

Tangannya dengan cepat mengetik pesan pada mantan kekasihnya-ups. Yaa itu mungkin hanya cerita lama sekarang, mereka telah berdamai saat ini.

Tak menunggu waktu lama karena keberuntungan sedang ada di pihaknya. Reiga sudah bangun dan dengan cepat memberikan alamat rumah lelaki manis yang membuat Jeno hampir hilang kewarasannya.

Dan biarkanlah Jeno mengejar Nara sekarang. Tanpa ada keraguan dan rasa bersalah. Tanpa ada penolakan karena status. Dan tanpa menahan diri dari rasa menggelitik yang selalu ia rasakan saat melihat senyum pemuda Bandung itu. Jeno akan melepas semua dan menjadikan Nara miliknya. Nana-nya. Hanya miliknya.

***
Sementara itu, pukul 7 pagi Madha beserta yang lainnya memutuskan untuk mengadakan pembelaan dan memberikan bukti kebenaran tentang kejadian antara Letha dan Nara.

Jivan berkat bantuan kekasihnya berhasil menambah bukti dimana Nara pernah di bully oleh Letha dan yang lainnya. Sementara untuk kasus korupsi yang dilakukan oleh ayah Letha telah di tangani sepenuhnya oleh William, kakak dari Galen.

Yang menyerahkan berkas dan melakukan pembelaan hari ini hanya 4 orang. Madha, Haldis, Galen, dan Reiga. Jendral yang bukan merupakan mahasiswa di Neo University tentu tidak bisa sembarangan ikut campur masuk ke ranah ini. Apalagi dia juga bukan wali sah dari Nara. Sementara Ezra, pemuda itu ada urusan di BEM untuk menggantikan Jeno. Dan untuk Jivan sendiri hanya datang memberikan flashdisk berisi rekaman pembullyan Nara karena harus menghadiri kelas. Tidak bisa membolos karena dosennya killer.

Ruangan yang diisi oleh teman-teman Nara, Letha dan kedua orang tuanya, dan para petinggi kampus terasa mencekam saat ini.

Madha telah menyerahkan berkas pembullyan yang dilakukan pada Nara, akan tetapi kedua orang tua Letha mengatakan semua bukti itu palsu. Belum lagi didukung oleh beberapa orang donatur yang entah mengapa dihadirkan dalam sidang kecil kecilan ini. Madha tentu paham betul ini ulah kedua orang tua Letha untuk memudahkan menendang Nara dari kampus ini.

Tapi keempat teman Nara tidaklah bodoh. Mereka akan meledakkan bom di akhir acara nanti.

"Bukti itu tidak valid. Bahkan sumbernya saja tidak jelas cih" Ujar ayah Letha dengan sombongnya dan di angguki oleh beberapa donatur.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang