Part 11

2.2K 166 2
                                    

"Nana siap siap gih kita mau kencan lagi yuhuuuu~" Ucap Reiga tanpa melihat sang sahabat yang sedang bermain ponsel itu bereskpresi datar.

"Kencan aja teros biar gue makin canggung" Ucapnya sengit.

Reiga terkekeh tau kekhawatiran sang sahabat.

"Kok gitu sih kan kita Bestfriend" Ucap pemuda mungil itu seraya menghampiri Nara

"Lagian nih yaa ini terakhir deh janji, bentar lagi pertemuan keluarga dan kak Galen bakal batalin perjodohannya" Lanjutnya semangat yang dibalas senyum tipis oleh Nara.

Nara senang saat melihat Reiga bahagia seperti ini, tak apa ia yang sakit asal bukan Reiga.

"Yaudah deh sana siap-siap gue bakal mandi dulu"

"Okeyy, btw entar lo bareng gue berangkatnya kak Jeno udah gue suruh nunggu di bioskop aja biar gak bolak balik" Ucap Reiga sebelum menghilang dari pandangan Nara.

Nara menghembuskan nafasnya.

"Ini yang terakhir Nara, habis ini lo bisa bebas" Ucapnya lemas.

Mulutnya berkata siap tapi hatinya tidak, ia masih ingin berdekatan dengan Jeno meskipun itu artinya ia juga harus menyakiti hatinya lagi.

***

"Zra gue chat aja deh" Ucap Haldis sambil menggigiti kukunya.

Ezra yang sedari tadi memperhatikan tingkah pemuda gembul itu berdecak kesal.

"Udah 20 kali lo ngomong tapi tu chat belum juga lo kirim anjir" Ucapnya emosi.

Sabar orang sabar makin tampan - Batinnya ngawur

"Ah lo mah gak ngerti" Protes Haldis.

"Ya terus gue harus bagaimana Caessa Haldis Damara yang cantik" Ezra berujar kesal.

"Gue cowo sat" Bentak Haldis balik.

"Yang bilang lo cewe siapa?"

Bagi yang bertanya mereka baikannya gimana? Ya sudah jelas Ezra yang duluan membawakan Haldis Burgerlah yang berjasa menghilangkan kecanggungan mereka.

Ezra tiba-tiba datang saat Haldis di kantin sendirian seperti anak hilang dan langsung menyerahkan burger yang memang sengaja ia belikan untuk sahabatnya itu.

"Baru gue diemin 2 hari aja lo udah turun 4 kilo ini Hal" Ucapnya Tengil saat itu.

Pada akhirnya Haldis menghadiahi tabokan pada pemuda itu dan kemudian merebut burger yang dibawanya. Kurang akhlak memang.

"Emang lo ngapain mau ngechat dia?" Ezra meraih gitar berdebu yang ada di kamar milik Haldis dengan santai. Ia tau sahabatnya itu hanya tau kunci C dan tidak bisa bermain gitar jadi sudah biasa baginya melihat gitar itu berdebu terlihat sekali tidak disentuh.

"Ini yang terakhir Zra, nyerah deh gue capek juga gini terus. Gue harap kak Madha mau nerima tawaran gue buat jalan gue mau perpisahan sama dia" Ucapnya dengan nada bercanda tapi Ezra tau Haldis tidak main main. Apapun yang sudah diputuskan oleh Haldis pasti akan dilaksanakannya.

"Bagus lah, gue lebih ikhlas kalo lo sama orang lain asal lo bahagia. Gue sakit banget ngeliat lo di gituin Madha"

"Pakek kak anjir belagu bener lo" Protes Haldis.

"Bodo amat"

"Btw lo kok bisa suka sama gue sih?" Haldis mendekatkan dirinya pada Ezra yang duduk di sofa kamar luasnya.

"Gak tau lo pelet kali"

Bruk...

Berakhir dengan Ezra yang dilempar boneka beruang oleh Haldis.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang